Menteri Ketenagakerjaan Yassierli menyoroti ketidaksesuaian (mismatch) antara kompetensi lulusan dengan kebutuhan dunia kerja. Hal ini terjadi lantaran kebutuhan industri berubah seiring perkembangan teknologi.
Yassierli menilai teknologi yang semakin maju membuat tuntutan global juga berkembang sehingga turut berdampak pada kebutuhan kompetensi tenaga kerja.
"Mismatch itu memang ketika lulusan hadir, tapi kemudian industri itu sebenarnya dia membutuhkan yang lebih advance, atau yang lebih kemudian competence trends, disiplin dan seterusnya. Itu yang termasuk dengan mismatch," ujar Yassierli di detikPagi, Jakarta Selatan, Rabu (13/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, tenaga kerja saat ini harus mempunyai lebih dari satu kompetensi. Sebab, kebutuhan industri saat ini tidak lagi hanya spesifik kepada satu kompetensi saja.
Kompetensi ini, lanjut Yassierli, tidak hanya bergantung dari pendidikan formal, tapi juga memanfaatkan balai-balai pelatihan yang disediakan oleh pemerintah. Kementerian Ketenagakerjaan telah menyediakan Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BPVP) sekitar 330-an balai yang digunakan untuk meningkatkan kompetensi serta daya saing tenaga kerja Indonesia.
Melalui balai pelatihan tersebut, Yassierli menerangkan berbagai macam keahlian dilatih, mulai dari teknik las, teknik otomotif, teknologi informasi, perhotelan, menjahit, hingga bahasa. Setelah mengikuti pelatihan, peserta akan mendapatkan sertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) yang telah diakui secara internasional.
"Memang ini saya ingin menggencarkan, bahwa sebenarnya BPVP hadir dan siap sebenarnya untuk membantu teman-teman untuk meningkatkan kompetensinya. Karena tadi link and match, dan itu bisa hadir, program kita tersedia di semua balai, ini kita sedang intens kan," imbuh dia.
Yassierli memastikan bidang-bidang keahlian yang dilatih akan terus diperbarui mengikuti kebutuhan industri. Salah satunya dengan menyediakan IT creative skill, pengembangan web, hingga tengah mendesain pelatihan untuk affiliate. Tidak hanya itu, Kemnaker juga menyediakan program untuk mencetak talenta siap kerja melalui pelatihan berbasis proyek (project based learning).
"Jadi kami sadar tadi, karena industri kebutuhannya juga berubah. Yang sekarang dicari misalnya, orang yang bisa mengoperasikan secara smart, misalnya smart building, smart office, smart supply chain. Kemampuan dia untuk mengelola, mengoperasikan, memudahkan operasi sesuatu dengan gadget, internet of thing, elektronika industri, itu kita latih. Jadi, kita sudah meluluskan cukup banyak juga smart farming," jelas dia.
Seiring dengan itu, Yassierli mengakui masih ada tantangan yang harus dihadapi, termasuk kapasitas balai pelatihan serta instruktur yang harus ditambah. Ia memastikan akan melakukannya secara bertahap, termasuk kerja sama dengan pemerintah daerah.
Lihat juga Video Dampak Positif AI di Dunia Pendidikan: Skill Literasi Siswa Meningkat