Postur Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026 dinilai sangat mungkin mengalami kenaikan, baik dari sisi belanja ataupun pendapatannya. Hal ini disampaikan oleh Ketua Komisi XI DPR RI, Mukhamad Misbakhun, saat talkshow bersama Chairman CT Corp Chairul Tanjung dengan tajuk 'Membaca Arah Ekonomi dan Kebijakan Fiskal 2026.
Untuk diketahui, belanja negara untuk tahun depan dirancang akan sebesar Rp 3.786,5 triliun, dan penerimaan negara sebesar Rp 3.147,7 triliun. Angka ini naik sebesar Rp 165,2 triliun dari volume APBN 2025 yang sebesar Rp 3.621,3 triliun. Misbakhun menilai, ada beberapa hal yang bisa mendorong volume pemasukan RAPBN 2026.
"Dari sisi volume Rp 3.786,5 triliun ini sangat mungkin untuk naik, dua-duanya (belanja dan pendapatan). Karena kita melihat beberapa hari ini aliran modal masuk sangat tinggi ke Indonesia. Sehingga IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) kita pertama kali dalam sejarah tembus 8.000," ujar Misbakhun di Studio CNN, Jakarta, Jumat (15/8/2025).
Hal kedua yang mendorong pemasukan buat negara yaitu adanya kucuran dana dari Danantara, yang menurut Misbakhun punya efek ganda dan membangun kepercayaan yang luar biasa bagi investor.
"Kunjungan Pak Prabowo ke banyak negara, dan berdiplomasi dengan banyak pemimpin dunia itu ternyata men-deliver trust kepada Indonesia dari sisi banyak hal. Tidak hanya sebagai player di dalam politik, geopolitik, dan sebagainya, juga di ekonomi," tambahnya.
Misbakhun menegaskan, pemerintah ingin melakukan upaya optimalisasi penerimaan negara. Salah satunya, menurut Misbakhun, dari pungutan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang salah satunya dari hasil sumber daya alam yang dimiliki Indonesia saat ini.
"Kalau menurut saya, ke depan, mau tidak mau, kita harus mulai menata ulang permainan di sektor tersebut," tutupnya.
(fdl/fdl)