Toko perhiasan kenamaan asal Denmark, Pandora, mengalami kemunduran bisnis di China. Toko perhiasan dengan volume penjualan terbesar di dunia itu menghadapi gelombang penutupan toko di Negeri Bambu.
Preferensi konsumen di China sudah mulai beralih ke produk-produk praktis yang menawarkan nilai lebih. Barang mewah macam perhiasan nampak mulai ditinggalkan.
Dilansir dari laporan South China Morning Post, Minggu (24/8/2025), Pandora mengumumkan akan memperluas rencana awal untuk menutup 50 toko di China tahun ini menjadi 100 toko. Ini diumumkan dalam laporan pendapatan kuartalan perusahaan pada 15 Agustus 2025.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut laporan keuangan tahunan Pandora, penjualan perhiasan di China mencapai puncaknya pada tahun 2019 dengan nilai US$ 305,73 juta atau sekitar Rp 4,98 triliun (kurs Rp 16.300).
Namun sejak pandemi global, penjualan di China justru terus menurun. Tahun lalu, pendapatan Pandora di China anjlok, nilainya menjadi hanya seperempat dari hasil yang bisa didapatkan pada tahun 2019.
"Bagi saya, Pandora lebih mementingkan estetika dan fleksibilitas, bukan sesuatu yang dibeli untuk mempertahankan nilai," kata Vicky Wang, seorang penggemar perhiasan Pandora dari provinsi Jiangsu, China.
Selama tiga bulan terakhir, Wang menghabiskan US$ 1.044 atau sekitar Rp 17 juta untuk membeli setengah lusin gelang charm, tetapi sekarang ia mencoba menjual apa yang dia anggap sebagai pembelian impulsif itu di platform perdagangan barang bekas Tiongkok, Xianyu.
(kil/kil)