Platform e-commerce Tokopedia dikabarkan mau melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal. Kabar PHK Tokopedia beredar luas di berbagai platform media sosial.
Namun, Manajemen Tokopedia belum mengeluarkan statemen resmi terkait isu ini. Menurut Direktur Eksekutif Information and Communication Technology (ICT) Institute Heru Sutadi, situasi yang terjadi di Tokopedia saat ini merupakan dampak dari akuisisi ByteDance (induk TikTok) terhadap Tokopedia.
"Saya melihat situasi di Tokopedia ini sebagai dampak dari akuisisi strategis oleh ByteDance pada Desember 2023, di mana TikTok menjadi pemegang saham mayoritas," ujar Heru saat dihubungi detikcom, Senin (25/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai informasi, sejak akhir 2023 unit Tokopedia resmi digabung dengan TikTok Shop. ByteDance menjadi pemegang saham mayoritas Tokopedia, sementara GoTo hanya menjadi pemegang saham minoritas.
Meski belum ada konfirmasi resmi, kata Heru, PHK menjadi bagian dari restrukturisasi pasca-merger untuk mengoptimalkan operasi. Meskipun pada awalnya, banyak pihak mengharapkan tidak ada PHK saat aksi korporasi tersebut dilakukan.
"Kabar PHK massal yang beredar, meski belum dikonfirmasi resmi, tampaknya bagian dari restrukturisasi pasca-merger untuk mengoptimalkan operasi. Yang kita harapkan waktu akuisisi adalah tidak ada PHK, tapi mungkin Ini menjadi langkah korporasi pada kondisi di industri digital dimana efisiensi menjadi prioritas," beber Heru.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Budi Primawan mengaku pihaknya belum menerima konfirmasi resmi terkait kabar PHK di Tokopedia.
"Sejak proses merger dengan TikTok Shop memang terjadi penyesuaian organisasi, dan belakangan beredar isu akan ada gelombang lanjutan. Namun hingga kini informasi jumlah karyawan yang terdampak belum bisa dipastikan," jelas Budi.
Terkait isu rencana pemindahan mayoritas operasional ke China atau Singapura, sejauh ini tidak ada bukti yang menguatkan. Menurutnya informasi tersebut lebih banyak bersifat rumor.
Yang terlihat justru komitmen ByteDance untuk terus memperkuat investasi di Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Apalagi Indonesia merupakan pasar e-commerce terbesar bagi ByteDance setelah Amerika Serikat, sehingga keberadaan operasional di sini tetap strategis.
"Kami mendorong agar klarifikasi resmi ditunggu langsung dari perusahaan maupun Kementerian Ketenagakerjaan, agar tidak menimbulkan spekulasi di publik. Asosiasi akan terus memantau perkembangan ini demi menjaga ekosistem e-commerce yang sehat dan kondusif bagi pekerja maupun pelaku usaha," tutup Budi.
Simak juga Video Trump Bakal Kurangi Tarif ke China Demi ByteDance Jual TikTok