Stok Beras Diklaim Melimpah Tapi Harga Masih Tinggi, Ini yang Terjadi!

Aulia Damayanti - detikFinance
Selasa, 26 Agu 2025 12:32 WIB
Foto: Getty Images/Hakase_
Jakarta -

Pemerintah menyebut stok beras dalam negeri melimpah, bahkan cadangan pangan pemerintah (CBP) mencapai 3,8 juta ton. Langkah intervensi kenaikan harga juga sudah dilakukan lewat program Bantuan Pangan Beras dan penyaluran beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Anehnya, saat ini harga beras masih tinggi.

Kenaikan harga yang terjadi ini juga diakui oleh Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Badan Pangan Nasional.I Gusti Ketut Astawa.

"Stoknya relatif aman dan tidak perlu sebenarnya masyarakat panik, namun memang perlu kita lakukan penataan terkait dengan harga. Karena harga memang di lapangan kita harus lihat sendiri. Memang dari sisi harga terjadi kenaikan-kenaikan, dan ini tentu pemerintah sudah melakukan berbagai langkah," kata dia dalam Diskusi Publik Paradoks Kebijakan Hulu-Hilir Perberasan Nasional di Ombudsman RI, Jakarta, Selasa (26/8/2025).

Ketut menyebutkan, stok beras ke depan dalam negeri masih dalam keadaan aman. Dalam Survei Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras sampai September akan mencapai 28,22 juta ton, sementara kebutuhan konsumen 22,5 juta ton sampai September.

"Dibandingkan dengan kebutuhan sampai September, masih ada sekitar 14,9 juta ton. Jadi secara prinsip, sampai September ini relatif sangat bagus. Kalau kita tembak lagi sampai Desember, dengan menggunakan asumsi rata-rata produksi 2024, relatif kami hitung sekitar 33,9 juta ton hampir 34 juta ton. Akhir Desember, kalau kita mengambil rata-rata ya, ini belum KSA tapi kalau kita mengambil rata-rata, dibandingkan dengan kebutuhan sekitar 30,31 juta ton. Ini relatif masih tetap ada 3 koma sekian juta ton," ungkapnya.

Ketut menyebutkan, kenaikan harga beras di pasaran juga terjadi seiring dengan telah naiknya Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah Kering Panen (GKP). Pemerintah juga telah menaikkan HPP GKP menjadi Rp 6.500/kilogram (kg).

Menurut Ketut, dengan harga minimal itu, kondisi di lapangan memang bisa lebih tinggi karena adanya kebijakan Any Quality dalam pembelian GKP. Kebijakan Any Quality artinya, penyerapan gabah oleh Perum Bulog tanpa memerhatikan kualitasnya, atau dikenal juga sebagai gabah 'apa adanya'.

Dengan adanya kebijakan itu, jika penggilingan membeli kualitas berasnya belum sesuai standar, maka masih ada proses pengeringan. Hasilnya, harga gabah kering giling (GKG) juga meningkat.

"Artinya kalau kita bicara Any Quality, maka jatuh-jatuhnya pasti Rp 6.800/kg. Kenapa? Karena Any Quality itu berarti posisi gabahnya bukan gabah kering jadinya sekitar 30% atau 25%. Nah sementara kalau gabah standar itu kan sekitar 14-15%, sehingga ini pasti akan dengan proses dan lain sebagainya, jatuh-jatuhnya pokok GKP itu jatuhnya pasti berposisi Rp 6.800, walaupun di GKG-nya ada rata-rata Rp 7.200/kg, Rp 7.300/kg, dan lain sebagainya," ucapnya.

Sebagai langkah intervensi harga, pemerintah telah melakukan banyak hal. Salah satunya penyaluran Bantuan Pangan Beras yang hampir selesai tersalurkan sebanyak 360.000 ton kepada 18,2 juta keluarga penerima manfaat (KPM).

Penyaluran beras SPHP juga mulai dilaksanakan dengan target 1,3 juta ton hingga Desember 2025. Namun penyaluran SPHP ini masih lambat. Realisasi SPHP beras per 22 Agustus telah mencapai 58,4 ribu ton.

Jika digabungkan dengan periode penyaluran sebelumnya, yakni tahap pertama 100,9 ribu ton dan tahap HBKN Idulfitri 80,2 ribu ton, maka total realisasi penyaluran beras SPHP sepanjang 2025 sudah menyentuh 239,6 ribu ton. Jumlah ini setara 15,97% dari target setahun yang ditetapkan sebesar 1,5 juta ton.

Kenaikan harga beras ini juga dideteksi oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan harga beras di zona 1 saat ini untuk beras medium telah mencapai Rp 14.000/kg di atas HET yang saat ini HET-nya Rp 12.500/kg. Ada pun Kabupaten/Kota yang memiliki harga rata-rata beras medium tertinggi di zona 1 adalah Kabupaten Bolaang Mongondow Timur Rp 17.952/kg, Wakatobi juga Rp 17.884/kg.

Untuk beras premium sampai dengan minggu ketiga Agustus 2025 naik 0,83% dibandingkan dengan Juli 2025 atau secara rata-rata nasional menyentuh Rp 15.437/kg. Amalia menyebut daerah paling tinggi mengalami kenaikan harga beras premium ada di Wakatobi dan Kepulauan Talaud yang menyentuh level di atas Rp 19.000/kg.

Sementara di zona 2, rata-rata harga beras medium naik 1,40% dibanding Juli 2025 dan menyentuh Rp 14.872/kg. Kemudian di harga beras di zona 3 sampai dengan minggu ketiga Agustus harga beras medium naik 1,09% dibanding Juli 2025 yang rata-ratanya Rp 18.899/kg atau di atas HET.

"Secara umum harga beras premium di zona 3 sampai dengan minggu ketiga Agustus 2025 naik 0,64% dibandingkan Juli 2025 dan menyentuh Rp 20.709/kg. Tertinggi di Kabupaten Intan Jaya yang menyentuh Rp 60.000/kg," tuturnya, dalam rapat inflasi yang disiarkan dalam YouTube Kemendagri RI, Senin (26/8/2025).

Lihat juga Video: Mentan Lapor ke Prabowo Harga Beras Mulai Turun




(ada/fdl)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork