Jurang Si Kaya dan Si Miskin Kian Lebar yang Bikin Rakyat Marah

Jurang Si Kaya dan Si Miskin Kian Lebar yang Bikin Rakyat Marah

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Jumat, 05 Sep 2025 09:30 WIB
Inilah cerita tentang kehidupan di Ibu Kota Jakarta yang sangat kontras dan tergambar jelas akan ketimpangan antara si kaya dan miskin lewat visualisasi ini.
Ilustrasi/Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Demonstrasi yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir diyakini juga didorong oleh kinerja ekonomi saat ini. Salah satunya bisa dilihat dari ketimpangan ekonomi yang semakin terasa.

Ketimpangan ekonomi di Tanah Air terbukti semakin melebar. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa gini ratio, yang menjadi indikator ketimpangan pendapatan, mengalami kenaikan dari 0,379 pada Maret 2024 menjadi 0,381 pada September 2024. Ini menunjukkan bahwa distribusi pendapatan di Indonesia semakin tak merata.

"Di balik ini semua, rasanya kenapa masyarakat kita sangat impulsif terhadap apa yang sudah terjadi kan karena soal kesenjangan ekonomi." kata ekonom senior, Tauhid Ahmad kepada detikcom dalam program detikSore beberapa waktu lalu, ditulis Jumat (5/9/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu indikator yang menunjukkan jurang antara si kaya dan si miskin semakin melebar adalah data tabungan atau simpanan yang dicatat oleh Lembaga Penjamin SImpanan (LPS). LPS mencatat pertumbuhan tabungan masyarakat atau individu yang kurang dari Rp 100 juta mengalami perlambatan. Sementara masyarakat yang memiliki tabungan di atas Rp 5 miliar justru cenderung mengalami laju peningkatan signifikan.

"Simpanan di bawah Rp 100 juta makin turun, tapi di atas Rp 5 miliar makin tinggi. Ini yang dilihat, apakah ada upaya jangka pendek atau tidak mengurangi hal tersebut." jelas Tauhid.

ADVERTISEMENT

Data LPS menunjukkan pertumbuhan tabungan masyarakat yang kurang dari Rp 100 juta dari Juli 2016 hingga Juli 2019 tercatat sebesar 26,3%. Pertumbuhan ini mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan kondisi Juli 2021 hingga Juli 2024 yang hanya bertambah 11,9%.

Pertumbuhan tabungan masyarakat dengan saldo Rp 100 juta hingga Rp 200 juta juga melambat. Pada periode Juli 2016-Juli 2019 tercatat tumbuh 29,4%. Sementara Juli 2021 hingga Juli 2024 hanya tumbuh 13,3%.

Sementara masyarakat yang memiliki tabungan di atas Rp 5 miliar, pada periode 2016-2019 pertumbuhan tabungannya naik 29,7% dan pada Juli 2021 hingga Juli 2024 tumbuh lebih tinggi, sebesar 33,9%.

Kondisi kelas menengah di Indonesia juga cukup memprihatinkan. Selain banyak yang telah turun kelas, Bank Dunia menyebut kelas menengah di Indonesia kini makin tertinggal dengan kelas atas maupun kelas bawah.

World Bank mencatat, jumlah kelas menengah RI kian menyusut dari 57,33 juta orang pada 2019 menjadi 47,85 juta jiwa pada 2024.

"Tidak ada upaya konkrit yang membantu daya beli mereka (kelas menengah). Apalagi soal pajak, ini kan penting. Ada lagi royalti musik, UMKM 0,5%, atau PPN. Saya kira ini yang perlu diusulkan untuk diubah untuk menggenjot daya beli mereka." kata Tauhid.

(eds/ily)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads