Harga Emas di Zimbabwe Meroket Rp 107 juta/Gram
Kamis, 26 Jul 2007 13:41 WIB
Harare, - Bank Sentral Zimbabwe menaikan harga emas hingga 757 persen untuk mencegah penyelundupan emas yang kian merajalela. Harga emas naik dari Rp 12,6 juta per gram menjadi Rp 107 juta per gram. Hal ini dilakukan seiring dengan naiknya harga logam dan untuk menutupi biaya produksi emas di negara yang mencatat inflasi tertinggi dunia itu. Pasalnya, di pasar gelap emas dijual sangat murah yang memicu makin tingginya inflasi di negara yang terletak di Afrika bagian selatan tersebut. Tercatat inflasi April mencapai 3.700 persen."Efeknya akan terasa segera, harga emas terendah dinaikkan dari 350 ribu dolar Zimbabwe (ZWD) per gram atau US$ 1.400 per gram (Rp 12,6 juta per gram) menjadi 3 juta dolar Zimbabwe per gram (US$ 11.904/gram atau Rp 107 juta per gram)," kata Gubernur Bank Sentral Zimbabwe, Gideon Gono dalam pernyataannya seperti dilansir AFP, Kamis (26/7/2007)."Tingkat produksi emas kami anjlok karena menjadi korban kejahatan mulai dari ketidakdisiplinan, pasar tak resmi hingga masalah penyelundupan," katanya.Buruh tambang emas menerima bayaran 60 persen dengan mata uang dolar AS, sedangkan sisanya dibayar mata uang lokal. Gono juga menyampaikan keprihatinannya atas perilaku para pemasok yang menaikkan harga barang-barang kebutuhan dan jasa servis, setiap bank sentral menaikkan harga emas yang akhirnya mengikis keuntungan produsen. Sementara ekonom pertambangan mengatakan kajian soal harga emas ini telah terlambat. "Harga sebelumnya 350.000 dolar Zimbabwe tidak pernah berpengaruh pada apapun. Kajian harga ini juga tidak berdampak ke produksi yang tiba-tiba akan segera naik," katanya.Emas adalah salah satu mata uang transaksi luar negeri utama Zimababwe. Namun kini sektor tambang yang berantakan telah membuat persediaan mata uang untuk transaksi asing ini menyusut drastis.Kekurangan sianida, baja pengebor dan peralatan kompresor ikut menghalangi produksi emas. Produksi emas Zimbabwe tahun ini diperkirakan anjlok menjadi 8.700 kilogram dari tahun lalu 11.354 kilogram. Produksi tertinggi pernah dicapai tahun 1989 sebanyak 27.000 kilogram.Rakyat Zimbabwe kini harus menanggung beban hidup yang kian berat. Pengangguran mencapai 80 persen dan harga harga kebutuhan pokok, biaya kesehatan dan ongkos transportasi melonjak dua kali lipat. Suplai dan stok bahan makanan, bahan bakar juga makin langka.
(ir/qom)