Perekonomian Indonesia disebut dalam kondisi tangguh dan tetap bertumbuh di tengah tekanan global, termasuk tarif impor tinggi yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Meski demikian, Indonesia harus tetap waspada dan mencermati dinamika ke depannya.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, meskipun tarif tinggi AS diterapkan di banyak negara, sejumlah negara masih menunjukan resiliensi dari sisi pertumbuhan ekonomi, termasuk Indonesia. Hal ini terlihat dari ketika kebijakan tarif diumumkan pada April, aktivitas perdagangan dan produksi tetap berlanjut.
"Indonesia dari sisi perdagangan domestik juga menunjukkan adanya resiliensi terhadap tekanan ketidakpastian global,"kata Purbaya dalam Rapat Kerja (Raker) bersama Komisi XI DPR RI di Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (10/9/2025).
Sejalan dengan perkembangan global yang mulai memberikan sinyal pemulihan, perekonomian Indonesia tetap resilien, terefleksi pada ekonomi triwulan II-2025 yang tumbuh sebesar 5,12% year-on-year (YoY). Kinerja ini utamanya ditopang oleh masih kuatnya konsumsi rumah tangga, meningkatnya investasi, dan terjaganya kinerja ekspor-impor.
Purbaya menambahkan, sektor kontributor utama bagi perekonomian yaitu manufaktur juga tumbuh kuat, didukung hasil dari realisasi yang memberikan nilai tambah lebih besar di samping permintaan domestik yang masih tinggi. Kondisi ini menjadi modal untuk mendorong agar pertumbuhan ekonomi ke depan dapat tumbuh lebih tinggi dan menuju 8% dalam jangka menengah.
(shc/ara)