Harga Emas Diramal Masih Naik Terus Nih!

Andi Hidayat - detikFinance
Minggu, 28 Sep 2025 20:00 WIB
Ilustrasi emas - Foto: Shutterstock
Jakarta -

Usai ditutup menguat pada perdagangan Jumat (27/9) kemarin pada level US$ 3.761,15 per troy ounce, harga emas diramal terus tumbuh di perdagangan pekan depan. Emas diperkirakan naik hingga US$ 3.814,40.

Pengamat Ekonomi Mata dan Komoditas, Ibrahim Assuaibi, menyebut harga emas pada perdagangan Senin (29/9) bergerak di kisaran support US$ 3.720,12 hingga resistance US$ 3.787,65. Meski begitu, ia meyakini harga emas dunia mampu tumbuh US$ 3.850 per troy ounce.

"Dalam semester kedua 2025, saya optimis harga emas dunia bisa mencapai US$ 3.850 per troy ounce dan logam mulia di Rp 2.300.000 per gram," ungkap Ibrahim dalam keterangannya, Minggu (28/9/2025).

Ibrahim menjelaskan, naiknya harga emas dunia dipengaruhi dua faktor, yakni data ekonomi AS, tensi perang dagang, dan geopolitik. Ia menuturkan, laporan Departemen Perdagangan mengenai indeks pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) Agustus menunjukkan inflasi bergerak sesuai harapan.

Terjadi kenaikan harga 0,3% dibanding bulan sebelumnya dan 2,7% secara tahunan. Namun pergerakan ini masih sesuai perkiraan konsensus. Data juga mencatat pendapatan pribadi dan belanja konsumen tumbuh di atas ekspektasi.

"PCE merupakan ukuran inflasi favorit Federal Reserve. Pejabat Fed menyoroti tindakan penyeimbangan yang rumit untuk mengendalikan inflasi sekaligus mendukung lapangan kerja, yang menjelaskan pendekatan hati-hati terhadap pelonggaran kebijakan," ungkapnya.

Selisih pandang juga terjadi terkait pemangkasan suku bunga The Fed. Gubernur Fed Stephen Miran dan Michelle Bowman tetap bersikap dovish, beberapa komentar mereka menganjurkan pemangkasan suku bunga lebih lanjut karena pasar tenaga kerja berada dalam kondisi rapuh.

Sebaliknya, Jeffrey Schmid dari Fed Kansas City dan Austan Goolsbee dari Fed Chicago bersikap hawkish. Schmid menyatakan, kebijakan penurunan suku bunga pada pertemuan bulan ini merupakan langkah yang tepat untuk membatasi pelemahan sektor tenaga kerja.

Sementara Goolsbee, terang Ibrahim, mengkhawatirkan risiko inflasi yang dapat terus meningkat. Meskipun demikian, Ibrahim menyebut pasar terus mengantisipasi penurunan suku bunga lagi pada bulan Oktober.

Di sisi lain, perang dagang juga mempengaruhi pergerakan harga emas dunia menyusul penetapan tarif impor baru dari Amerika Serikat (AS) untuk sejumlah produk yang berlaku mulai 1 Oktober mendatang. Ibrahim menilai, kebijakan ini menjadi lanjutan dari perang dagang yang digaungkan Presiden AS Donald Trump.

"Dalam pengumuman tersebut, Trump secara resmi memberlakukan tarif impor ke barang-barang asing yang masuk AS, yakni produk farmasi, truk besar, hingga perlengkapan renovasi rumah dan furnitur," jelasnya.

Kemudian konflik geopolitik, menyusul serangan pesawat nirawak Ukraina terhadap infrastruktur energi Rusia yang memangkas ekspor bahan bakar. Ibrahim menyebut, Tusia akan memberlakukan larangan sebagian ekspor solar hingga akhir tahun.

Imbas serangan pesawat nirawak Ukraina, Rusia mengalami penurunan kapasitas penyulingan yang menyebabkan kurangnya stok bahan bakar di beberapa wilayah Rusia.

"Peringatan NATO akan adanya respons terhadap pelanggaran lebih lanjut di wilayah udara negara-negara anggota telah meningkatkan ketegangan akibat perang di Ukraina dan meningkatkan prospek sanksi tambahan terhadap industri minyak Rusia," tutupnya.




(kil/kil)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork