Ekspor Furnitur RI Bisa Lesu Gara-gara Tarif Trump

Ekspor Furnitur RI Bisa Lesu Gara-gara Tarif Trump

Andi Hidayat - detikFinance
Senin, 29 Sep 2025 07:00 WIB
Furnitur lokal asal Gresik menjelma jadi ikon global berkat kualitas dan desainnya. Produk tersebut kini juga bisa dinikmati di Tanah Air, yuk lihat pabriknya.
Ilustrasi/Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom
Jakarta -

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan kenaikan tarif impor untuk produk furnitur, yakni 50% untuk lemari dapur dan meja rias kamar mandi, serta 30% untuk furnitur berbahan kain. Aturan ini akan mulai berlaku pada 1 Oktober.

Sejumlah negara tengah melakukan negosiasi dengan AS agar produk furnitur mereka bisa mendapat pengecualian, termasuk Indonesia yang disebut bakal terkena dampaknya.

Direktur Ekonomi Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, memperkirakan ekspor furnitur Indonesia berpotensi turun hingga 40%. Ia menilai kebijakan tersebut menjadi beban besar bagi industri furnitur dalam negeri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pasti akan mengalami penurunan permintaan ketika ada tarif impor hingga 50%. Penurunan permintaan bahkan bisa mencapai 40% karena 1% tarif akan mengurangi impor oleh AS sebesar 0,8%. Tentu ini pukulan telak bagi industri furniture dalam negeri yang pangsa pasar terbesarnya ke AS," ungkap Huda kepada detikcom, Minggu (28/9/2025).

Ketika permintaan dari AS berkurang tajam, terang Huda, produksi furnitur dalam negeri akan terkena imbasnya. Sementara di dalam negeri, daya beli produk furnitur domestik tak kunjung pulih.

"Jadi tertekan di sisi ekspor dan pasar domestik," tegasnya.

Pemerintah Perlu Segera Negosiasi

Dihubungi terpisah, Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, menjelaskan produk furnitur menjadi komoditas ekspor penting RI ke AS. Menurutnya, pemerintah perlu segera melakukan negosiasi.

"Dalam proses negosiasi tarif dengan AS, kita dijanjikan adanya produk-produk yang mendapatkan pengecualian. Kita perlu berusaha keras agar TPT, alas kaki, CPO dan furnitur masuk dalam kategori itu," jelasnya.

Meski begitu, Wijayanto menilai Indonesia tak perlu khawatir karena kebijakan tarif Trump juga banyak ditolak.

"Trump Reciprocal Tariff ini tidak akan serta-merta bisa diterapkan begitu saja. Penolakan dari dalam negeri semakin kuat, terutama dari daerah penghasil pertanian yang merupakan voter loyal Republik. Belum lagi peluang Jaksa Agung akan menganulir kebijakan tersebut. Jadi, bersiap tetapi jangan panik," pungkasnya.

Simak juga Video 'Trump Terkejut PM Jepang Ishiba Mundur Usai Nego Tarif':

Halaman 3 dari 2
(kil/kil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads