Badai PHK membayangi tenaga pengajar di Inggris. Serikat Pekerja Universitas dan Kolese (University and College Union/UCU) mencatat akan ada sekitar 12 ribu pemutusan hubungan kerja yang dilakukan universitas di Inggris.
Universitas di Inggris mulai melakukan penghematan biaya sejak tahun lalu, dan dinilai bisa membuat 3 ribu lapangan kerja hilang.
Jo Grady, Sekretaris Jenderal UCU, menggambarkan pemotongan tersebut sebagai tindakan yang brutal. Dia juga mengatakan para staf pengajar saat ini kehilangan semangat, kelelahan, dan marah atas keputusan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mahasiswa pun kurang terlayani dengan baik dan juga merasakan dampaknya," kata Grady.
Empat dari 10 universitas di Inggris diyakini mengalami defisit keuangan. Raj Jethwa, kepala eksekutif Asosiasi Pemberi Kerja untuk Universitas dan Kolese (University Council for Educational Administration/UCEA) mengatakan keputusan sulit seperti PHK dan restrukturisasi harus dipertimbangkan dengan cermat oleh semua institusi.
"Kami akan berupaya melakukannya dengan cara yang terbuka dan adil," ujar Jethwa.
Pemerintah Inggris mengatakan telah mengambil keputusan yang sulit tetapi perlu untuk dilakukan dalam mengatasi masalah ini. Mereka mulai mengkaji opsi menaikkan biaya kuliah guna meningkatkan pendapatan universitas, dan akan segera menetapkan rencana reformasi lebih lanjut dalam undang-undang baru.
Dr. Zak Hughes, salah satu dosen kimia di University of Bradford menjadi salah satu pengajar yang berisiko terkena PHK. Stres dan kesal menurutnya dirasakan olehnya dan banyak pengajar lainnya karena isu PHK pengajar yang bergulir.
"Banyak orang yang stres dan kesal yang berjuang untuk mengatasinya, baik di dalam universitas maupun secara lebih luas di dalam institusi," beber Hughes.
Dia telah bekerja di University of Bradford sejak 2018, kini dia akan menghadapi kemungkinan harus kembali ke rumah untuk tinggal bersama ibunya jika kehilangan pekerjaannya.
"Saya tidak akan mampu membayar sewa, saya akan berusia empat puluhan dan tinggal di rumah lagi," sebut Hughes.
Bahkan jika pria berusia 44 tahun itu tetap bekerja di kampus dan tidak kena PHK, program studi kimia di kampus tersebut juga akan dihapuskan secara bertahap, dengan penutupan serupa terjadi di seluruh negeri. Menurutnya hal ini membatasi peluang baginya dan rekan-rekannya untuk mendapatkan pendapatan yang layak.
"Orang-orang bisa, bahkan jika mereka kehilangan pekerjaan, mendapatkan pekerjaan di institusi lain. Itu tidak terjadi sekarang untuk saya dan teman-teman lainnya," sebut Hughes.
Simak juga Video: Prabowo Sebut Efisiensi Anggaran di Pemerintahannya Hemat USD 20 M