Pemerintah China menegaskan siap untuk berjuang sampai akhir melawan Amerika Serikat (AS) dalam tensi perang dagang yang kian meningkat sejak akhir pekan lalu. Pernyataan ini disampaikan tak lama setelah kedua negara itu menerapkan tarif tambahan di pelabuhan mereka.
Melansir The Guardian, Rabu (15/10/2025), tensi perang dagang kedua negara ini mulai meningkat saat China memberlakukan aturan pengetatan ekspor logam tanah jarang. Menanggapi ini, AS mengancam akan mengenakan tarif tambahan kepada China.
Tak terima diancam, China mulai berlaku tarif tambahan untuk kapal-kapal milik atau yang dioperasikan AS saat masuk ke pelabuhan mereka. Sebagai balasan atas 'praktik perdagangan maritim yang tidak adil', AS kembali mengancam akan mengenakan tarif tambahan bagi kapal-kapal China yang berlabuh di Negeri Paman Sam dengan menyebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"China ingin menjatuhkan semua negara lain bersama mereka dengan merusak perekonomian dunia," tuding Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, terkait kebijakan pengetatan ekspor tanah jarang dan tarif khusus di pelabuhan China.
Bessent turut mengatakan dalam sebuah wawancara kepada Financial Times bahwa "jika mereka ingin memperlambat ekonomi global, mereka akan menjadi pihak yang paling dirugikan."
Menanggapi pernyataan ini, Juru bicara Kementerian Perdagangan China menyebut memanasnya tensi perang dagang ini disebabkan kebijakan-kebijakan AS yang kian membatasi produk Negeri Tirai Bambu.
Terbaru, pada Selasa (14/10) kemarin AS baru saja memberlakukan tarif baru untuk produk kayu, lemari dapur, dan furnitur berlapis kain. Di mana banyak dari barang-barang tersebut berasal dari Tiongkok.
"AS mengancam hingga mengintimidasi dengan prospek tarif baru atas ekspor China, di mana bukan cara yang tepat untuk menjalin hubungan dengan China," kata juru bicara Kementerian Perdagangan China.
"China akan berjuang sampai akhir dalam perundingan perdagangan," tambahnya.
Terlepas dari aksi saling sindir serta penetapan tarif yang dilakukan kedua negara itu, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping direncanakan akan melakukan pertemuan akhir bulan ini dalam pertemuan puncak Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik di Seoul.
Meski begitu, banyak pihak ragu pertemuan ini dapat terlaksana mengingat hubungan kedua negara saat ini. Belum lagi Trump juga sudah memberi isyarat untuk tak perlu melakukan pertemuan dengan China jika mereka tetap 'keras kepala' atas kebijakan kontrol ekspor dan tarif mereka.
Dalam hal ini, Bessent mengatakan pada Senin (13/10) kemarin bahwa ia yakin pertemuan itu akan tetap terjadi. Namun pihak Tiongkok belum pernah secara resmi mengonfirmasi rencana pertemuan Trump-Xi tersebut.
(igo/fdl)