Penutupan sebagian pemerintahan federal Amerika Serikat (government shutdown) yang berlangsung selama dua pekan terakhir diperkirakan menimbulkan kerugian sekitar US$ 15 miliar atau setara Rp 248 triliun (kurs Rp 16.582) per hari. Menteri Keuangan AS Scott Bessent menilai dampak shutdown ini mulai menggerus otot-otot perekonomian AS.
"Kami memperkirakan shutdown ini bisa menelan biaya hingga US$ 15 miliar per hari bagi ekonomi AS," ujar Bessent dalam acara konferensi pers, dikutip dari Reuters, Kamis (16/10/2025).
Ia mendesak Partai Demokrat menjadi pahlawan dengan berpihak pada Partai Republik guna mengakhiri kebuntuan politik di Kongres yang menyebabkan shutdown itu. Menurut Bessent, hal ini dapat berdampak pada arus investasi yang mengalir ke ekonomi AS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menilai gelombang investasi besar yang saat ini masuk ke AS, terutama di sektor kecerdasan buatan (AI) masih berpotensi terus berlanjut.
"Ada permintaan terpendam, tetapi kemudian Presiden (Donald) Trump telah melepaskan ledakan (ekonomi) ini dengan kebijakan-kebijakannya," kata Bessent di sela-sela pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia di Washington.
Ia menilai, satu-satunya hal yang memperlambat AS saat ini adalah shutdown. Bessent pun menyebut insentif pajak dari undang-undang Partai Republik serta tarif impor yang diberlakukan Trump akan menjaga momentum investasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
"Saya pikir kita bisa memasuki periode seperti akhir tahun 1800-an saat rel kereta api berkembang, atau seperti tahun 1990-an ketika internet dan teknologi kantor mendongkrak ekonomi," ujarnya optimistis.
Defisit Anggaran Menyusut
Bessent juga menyampaikan bahwa defisit anggaran AS untuk tahun fiskal 2025, yang berakhir pada 30 September, lebih kecil dibandingkan defisit tahun sebelumnya sebesar US$1,833 triliun. Kendati tidak menyebut angka pasti, ia menjelaskan rasio defisit terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dapat turun ke kisaran 3% dalam beberapa tahun ke depan.
Departemen Keuangan AS sendiri belum merilis laporan resmi mengenai angka defisit tahunan tersebut.
Sementara itu, Kantor Anggaran Kongres (CBO) memperkirakan defisit fiskal 2025 hanya turun sedikit menjadi US$1,817 triliun, meski penerimaan bea cukai meningkat US$118 miliar berkat tarif impor Trump.
"Rasio defisit terhadap PDB, yang menjadi angka penting, sekarang sudah ada angka lima di depannya," imbuh Bessent.
Ketika ditanya targetnya menurunkan rasio di level 3%, Bessent menjawab hal tersebut masih mungkin dilakukan. Ia menilai rasio tersebut dapat turun lebih jauh apabila AS meningkatkan pertumbuhan, menekan belanja, serta menahan pengeluaran pemerintah.
Lihat juga Video: Pasar Global Menanti Shutdown AS, Investor Waspada!