PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) memproyeksi ekonomi Indonesia di 2026 dapat tumbuh sekitar 5,28%. Pertumbuhan ini bakal didorong konsumsi rumah tangga, program prioritas pemerintah, serta peran ekonomi dan keuangan syariah nasional.
Chief Economist BSI, Banjaran Surya Indrastomo, memprediksi angka pertumbuhan tersebut juga didorong oleh peralihan (shifting) kebijakan dari pemerintah, adanya perbaikan daya beli, dan investasi yang juga mumpuni di 2026.
"Dengan berbagai kebijakan shifting dari pemerintah, kemudian adanya perbaikan daya beli, kemudian investasi, di tahun 2026 bisa tumbuh di 5,28%," ujar Banjaran dalam paparannya di acara BSI Sharia Economic Outlook 2026, Jakarta, Kamis (4/12/2025).
Banjaran bilang, pertumbuhan ini ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tetap menjadi kontributor utama PDB, penguatan investasi terutama penanaman modal dalam negeri (PMDN), serta belanja fiskal yang masih ekspansif namun lebih prudent.
Banjaran juga memprediksi, dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,28% maka inflasi juga akan merangkak naik dari 2,81% menjadi 2,94% di 2026. Hal ini disebabkan lantaran adanya peningkatan daya beli di Tanah Air.
"Dengan pertumbuhan yang meningkat di 5,28%, inflasi pun diperkirakan akan meningkat dari 2,81%. Tapi masih manageable di 2%-3%, menjadi 2,94% karena daya beli pun juga meningkat. Risiko utama berasal dari volatile food akibat kondisi iklim. BI Rate diperkirakan dapat turun bertahap ke 4,25% di akhir 2026, seiring pelonggaran global dan inflasi yang terjaga," bebernya lanjut.
Menurut Banjaran, 2026 juga akan ditandai oleh perluasan implementasi berbagai program pemerintah, mulai dari ekosistem makan bergizi gratis, penguatan kesehatan dan pendidikan, dukungan UMKM, hingga program pangan dan energi, yang diperkirakan mendorong permintaan domestik dan investasi di banyak sektor terkait, dari pertanian sampai logistik pangan.
Simak Video 'BSI Terima Penghargaan Bank dengan Pertumbuhan Laba Berkelanjutan':
(eds/eds)