Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti mengatakan Indonesia mendorong penguatan kerja sama ekonomi dan perdagangan di antara negara-negara anggota Developing-8 (D-8). D-8 merupakan gabungan 8 negara berkembang yang berfokus pada kerja sama ekonomi untuk meningkatkan posisi dalam ekonomi global.
Hal ini disampaikan dalam pertemuan Keempat Dewan Menteri Perdagangan D-8 atau The Fourth Meeting D-8 Trade Ministers Council (4th D-8 TMC) yang diselenggarakan di Kairo, Mesir pada 2 Desember 2025. Adapun anggota Developing-8 (D-8) terdiri dari Bangladesh, Mesir, Indonesia, Iran, Malaysia, Nigeria, Pakistan, dan Turki.
"Hari ini kami hadir dalam The Fourth Meeting D-8 Trade Ministers Council di Kairo, Mesir untuk dapat memperkuat kerja sama yang telah terjalin selama ini dengan negara-negara yang tergabung dalam D-8 dapat lebih diperkuat kerja samanya," jelas Roro Esti dalam keterangannya, dikutip Senin (8/12/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, di tengah ketidakpastian global yang diwarnai ketegangan geopolitik, gangguan rantai pasok, serta proteksionisme, D-8 Preferential Trade Agreement (PTA) dapat menjadi instrumen sentral untuk mengakselerasi perdagangan intra-D-8.
"Pertama-tama kami mengapresiasi adanya PTA D-8 yang telah berlangsung sejauh ini. Namun, kami turut mendorong agar PTA D-8 dapat lebih lanjut berkembang menjadi FTA atau perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif CEPA," jelasnya.
Roro Esti menambahkan jika Indonesia saat ini mendukung secara penuh upaya perluasan dan pendalaman D-8 PTA menuju kerangka kerja yang lebih komprehensif. Menurutnya, perluasan ini penting agar dapat tercapai target perdagangan intra-D-8 sebesar US$ 500 miliar pada tahun 2030.
"Kami mendukung adanya perluasan D-8 PTA menjadi perjanjian yang lebih komprehensif untuk mencapai target perdagangan antar anggota sebesar USD 500 miliar pada 2030. Kita perlu memasukkan disiplin baru yang memfasilitasi perdagangan, mempromosikan investasi, dan memperkuat kerja sama regulasi," ujar Roro Esti.
Roro Esti turut menyoroti adanya peluang besar dalam kerja sama mengenai perdagangan dan industri halal. Ia mengatakan jika kerja sama terkait halal-meliputi makanan, kosmetik, farmasi, fesyen, dan jasa- dapat diintegrasikan ke dalam kerangka perdagangan yang lebih luas.
"Kami menyoroti adanya peluang besar dalam kerja sama terkait perdagangan dan industri halal. Seharusnya kerja sama terkait halal antar negara dapat lebih ditingkatkan, mengingat besarnya potensi pasar global halal yang terus tumbuh sampai sekarang,"ungkapnya.
Tak hanya itu, Roro mengatakan bahwa saat ini diperlukan adanya peningkatan utilisasi mengenai perjanjian dagang antar negara-negara D8. Untuk meningkatkan hal tersebut dibutuhkan adanya sinergitas dengan sektor swasta.
"Saat ini kita perlu meningkatkan utilisasi perjanjian dagang antara negara-negara D-8 dan untuk mewujudukan hal tersebut keterlibatan sektor swasta adalah kunci utama."
Kemudian, ia mendorong agar selanjutnya di bawah D-8 Chamber of Commerce yang sudah ada saat ini dapat dibentuk juga sebuah Advisory Council, sama seperti yang ada di ASEAN.
Terakhir, Roro Esti menyampaikan kesiapan Indonesia sebagai tuan rumah Pertemuan Dewan Menteri Perdagangan (Trade Ministers' Council/TMC Meeting) pada saat keketuaan Indonesia di D-8 tahun 2026-2027.
"Selanjutnya, kami ingin menyampaikan bahwa adalah sebuah kehormatan bagi Indonesia untuk dapat menjadi tuan rumah 5th D-8 Trade Ministers Council (TMC) yang bertepatan dengan keketuaan kami tahun 2026-2027. Kami berharap TMC Meeting selanjutnya negara yang tergabung dalam D-8 dapat membawa pelaku usahanya masing-masing, karena akan bersinggungan dengan agenda yang akan dilaksanakan nantinya, seperti business matching dan business forum,"ucapnya.
D-8 PTA merupakan kerja sama penurunan tarif antarnegara anggota D-8 yang telah ditandatangani pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-5 D-8 pada 2006 di Bali. Secara umum, anggota D-8 mendukung perluasan PTA menuju perjanjian yang lebih progresif dengan sejumlah pandangan masing-masing.
Berdasarkan data yang diolah Kementerian Perdagangan, pada Januari--September 2025, total perdagangan Indonesia dengan D-8 mencatatkan nilai US$ 30,1 miliar atau naik 9,5% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Nilai tersebut terdiri atas ekspor Indonesia ke D-8 US$ 19,1 miliar dan impor Indonesia dari D-8 US$ 11 miliar.
Ekspor Indonesia ke D-8 meliputi minyak sawit dan turunannya, batu bara, tembaga dan paduannya, serta korundum dan alumina. Adapun impor Indonesia dari D-8 meliputi minyak bumi, beras, polietilena, serta mesin dan peralatan mekanik.
Lihat juga Video: Indonesia-Jepang Sepakat Teruskan Kerja Sama Karbon











































