Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan kemajuan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AS) bukan hanya sekadar tren, melainkan mesin pertumbuhan ekonomi baru yang mampu mendorong daya saing nasional.
Menurutnya kondisi ini terlihat dari pertumbuhan adopsi AI di Indonesia pada paruh pertama 2025 yang mencapai 127%, tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Begitu juga dengan investasi yang masuk dalam sektor teknologi kecerdasan buatan ini tercatat mencapai US$ 91 juta atau Rp 1,52 triliun (kurs Rp 16.729/dolar AS).
"Saat ini Indonesia khusus untuk AI tumbuh 127% dan US$ 91 juta telah mengalir ke sektor AI di semester satu, dan dari hasil research daripada Google, Indonesia adalah negara dengan tingkat adopsi tertinggi di ASEAN," kata Airlangga di Jakarta Creative Hub, Jakarta Pusat, Kamis (18/12/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemudian di seluruh Asia kita nomor 4 dan nilai pasar AI di Indonesia akan mencapai US$ 70,6 miliar," terangnya lagi.
Airlangga mengatakan, untuk menangkap peluang itu pemerintah menyiapkan program percepatan pembangunan AI Data Center di Kawasan Ekonomi Khusus Nongsa, mendorong pengembangan paket gig economy di 15 kota, serta memperluas akses digital melalui Low Earth Orbit (LEO) Satellite.
"Ekosistem AI ini mulai dari kementerian Ekraf, pemerintah daerah dan akan didorong untuk 15 daerah, bekerja sama juga dengan sektor digital antara lain tadi disini Telkom, kemudian Jababeka, dan juga grup MTEK siap untuk menjadi mitra untuk pengembangan ini," papar Airlangga.
Bersamaan dengan itu, Airlangga mengatakan program tersebut nantinya juga dapat didukung dengan pendanaan melalui skema Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk sektor teknologi maupun gig economy mencapai Rp 10 triliun.
"Kami sudah siapkan kredit usaha rakyat besarnya Rp 10 triliun. Jadi bagi gig ekonomi, bagi pemuda yang berkumpul untuk mengembangkan proyek, begitu proyeknya dapat itu pemerintah bisa biayai dengan KUR. Bunganya hanya 6%, jumlahnya Rp 500 juta. Tapi nanti kalau ada use case, ada case lebih dari Rp 500 juta kita beri juga kita buka," terangnya.
Dengan begitu, ia berharap perkembangan ekonomi digital nasional dapat terus melesat. Sebab menurutnya nilai ekonomi digital Indonesia pada 2024 kemarin sudah mencapai US$ 90 miliar atau Rp 1,5 triliun, dan diproyeksikan akan melonjak hingga US$ 360-400 miliar atau 6,02-6,69 triliun pada 2030 mendatang.
"Saya optimis digital ekonomi kita yang sekarang sekitar US$ 90 bilion, nanti di tahun 2030 targetnya US$ 360-400 bilion. Jadi jangan sampai nanti itu malah di outsourcing ke India. Jadi lebih baik outsourcingnya di Indonesia," pungkasnya.
Lihat juga Video: Pemerintah Rampungkan Peta Jalan AI, Akan Diteken Prabowo Awal 2026











































