Penegasan itu disampaikan M. Harun, Manager Humas Pertamina EP menanggapi pernyataan ekonom UI Faisal Basri yang menyebutkan cost recovery Pertamina sebesar US$ 27,43/barrel.
"Pertamina EP juga berupaya mengoptimalkan produksi minyak dibeberapa lapangan utama serta mencari sumber-sumber baru untuk peningkatan cadangan minyak dan gas secara nasional," ujar Harun kepada detikFinance, Kamis (29/11/2007).
Ia mengakui, pencapaian produksi minyak Pertamina EP sempat mengalami kendala pada semester II-2007 akibat adanya gangguan kebocoran pipa minyak di lapangan TAC Pertamina Poleng. Sehingga terjadi pengurangan produksi 13.000-15.000 barrel per hari.
"Kendala teknis juga terjadi di lapangan Talang Jimar karena masalah kelistrikan dan karakter lapangan yang memerlukan waktu untuk recovery produksi minyak," katanya.
Untuk lapangan Pondok Tengah, lanjut Harun, tersendat karena kondisi bawah permukaan di sebelah utara yang diperkirakan daerah minyak tetapi ternyata memiliki kandungan gas.
Demikian juga dengan lapangan Sukowati yang beberapa waktu lalu sempat mengalami kendala teknis. Saat ini permasalah tersebut telah teratasi dan Pertamina EP telah kembali mencapai produksi harian di kisaran 111.000 barrel/hari.
"Pertamina EP sangat memahami kondisi tingginya harga minyak dunia merupakan peluang emas untuk mengoptimalkan produksi minyak sehingga untuk tahun 2008 diupayakan produksi dapat ditingkatkan hingga 138.000barrel/hari," ujarnya. Karena itu, tegas Harun, Pertamina EP melakukan berbagai upaya untuk mengoptimalkan perolehan minyak dari lapangan-lapangan utama, melakukan pengembangan Proyek Banyu Urip, reaktifasi sumur sumur suspended dan peremajaan fasilitas produksi. Pertamina EP juga berupaya melakukan pencarian cadangan cadangan baru minyak dan gas.
(qom/ir)