Jika pada tahun 1996, Putera Sampoerna masih memiliki kekayaan sekitar US$ 2,8 miliar, maka jumlah kekayaannya dari tahun ke tahun terus menyusut. Berdasarkan majalah Forbes Asia, Jumat (14/12/2007) yang merilis daftar kekayaan orang-orang se-Indonesia, kekayaan Putera Sampoerna pada tahun 2007 hanya tersisa US$ 2,2 miliar.
Jumlah tersebut memang lebih besar dibandingkan dengan kekayaan Putera Sampoerna pada tahun 2006 yang sebesar US$ 2,1 miliar. Namun peningkatan kekayaan yang tidak signifikan melemparkan Sampoerna dari posisi kedua dalam daftar 40 orang terkaya ke posisi keenam di tahun 2007.
Majalah Forbes menuliskan, setelah menjual perusahaan rokoknya PT HM Sampoerna Tbk pada tahun 2005, keluarga Sampoerna mengalihkan bisnisnya ke perjudian dan agrobisnis melalui Sampoerna Strategic, yang dijalankan oleh putranya, Michael Sampoerna. Sementara sektor non-bisnis yakni Sampoerna Foundation ditangani oleh putrinya, Michele Sampoerna.
Putera Sampoerna membuat gebrakan dengan melepas perusahaan rokoknya kepada Philip Morris Maret 2005 silam. Philip Morris memberikan tawaran harga yang cukup menggiurkan yakni Rp 10.600 per lembarnya. Padahal, harga rata-rata saham HMSP sebelum akuisisi hanya Rp 8.850, atau berarti premium sekitar 20%. Jika ditotal, uang yang diterima Putera Sampoerna dari hasil menjual bisnis rokoknya mencapai lebih dari Rp 40 triliun.
Putera Sampoerna sendiri tak pernah menjelaskan secara gamblang alasannya meninggalkan bisnis rokok. Namun dikabarkan, Putera Sampoerna melihat bisnis rokok di Indonesia tak lagi berprospek dan ingin menjajaki bisnis lain.
Setelah melepas bisnis rokok yang sudah dirintis keluarganya sejak tahun 1916, berbagai kabar tentang rencana investasi Putera Sampoerna sering muncul. Mulai dari investasi pabrik kertas, gula dan agrobisnis. Terakhir, Putera Sampoerna muncul dengan bisnis selulernya Sampoerna Telecom yang dikenal dengan produk CDMA Ceria.
Akankan bisnis telepon itu sesukses bisnis rokoknya?
(qom/ir)