Demikian hasil pantauan detikFinance di Pasar Emas Cikini, Jakarta, Jumat (4/1/2008).
Namun di tengah harga emas yang sedang tinggi, jumlah pembeli perhiasan emas justru menurun rata-rata 5-10%.
"Sejak harga emas naik tinggi, jumlah pembeli emas menurun sampai 10%. Padahal biasanya di akhir tahun cukup ramai," ujar Hendri, salah satu pemilik toko Kurnia Mas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena Pasar Emas Cikini lebih diperuntukkan bagi kelas menengah atas. Disini harga emas tidak terlalu bergejolak. Lain halnya dengan pasar emas yang konsumennya kelas menengah bawah, disana gejolak harga emas bisa sampai 40-50%," tutur Suki salah satu pemilik toko emas.
Harga emas melambung hingga ke level tertingginya dalam 28 tahun terakhir menyusul tingginya harga minyak dunia yang sempat menyentuh level US$ 100 per barel.
Pada perdagangan Rabu (2/1/2008) di London, harga emas sempat menembus US$ 859,20 per ounce, yang berarti melampui rekor tertinggi di US$ 850 per ounce yang dicapai pada 21 Januari 1980. Harga emas akhirnya surut ke level US$ 857,75 per ounce karena profit taking.
Menurut analis, lonjakan harga itu terjadi karena tipisnya perdagangan setelah libur panjang. Dengan tipisnya nilai transaksi, maka setiap pergerakan transaksi memberi pengaruh yang lebih besar dari biasanya.
"Lonjakan harga minyak mentah yang tajam dan melemahnya dolar AS ikut memberi kontribusi pada lonjakan harga emas," kata Jon Nadler, analis dari Kitco Bullion Dealers seperti dikutip dari AFP, Rabu (3/1/2008).
"Harga emas terus melambung karena dolar AS terus bergerak di teritori negatif, sementara aksi beli untuk mencari investasi yang aman terus berlanjut sebagai reaksi atas kekacauan di Paksitan," kata James Moore dari Thebulliondesk.com.
Harga emas sempat meroket di tahun 1980, saat investor melakukan aksi beli besar-besaran karena melonjaknya inflasi yang dipicu lonjakan harga minyak sehubungan dengan memanasnya kondisi di Iran. (ir/qom)