Suasana panen raya tampak di wilayah Kecamatan Pulokulon, sekitar 15 kilometer arah timur Kota Purwodadi. Di beberapa kecamatan lain seperti Tuko, Wirosari warga juga masih melakukan aktivitas panen yakni memotong batang pohon kedelai dan menjemur baik di halaman rumah maupun di pematang sawah.
Namun suasana di Desa Panunggalan, Pulokulon terutama Kelompok Tani Kabul Lestari tampak lain. Hasil panenan selama 10 tahun terakhir benar-benar membuat senang.
Harga jual lumayan tinggi, sehingga mereka tidak perlu ke kota menjual kedelai. Justru para pedagang dari Surabaya, Semarang mendatangi petani ke rumah-rumah. Kualitas hasil panenan kedelai yang dikembangkan dari varietas Malabar versi Grobogan sangat bagus dibandingkan kedelai lokal lainnya.
"Saat ini rata-rata bisa mencapai di atas 3,5 - 4 ton, tapi target kita bisa naik lagi hingga 4,5 ton kedelai kering. Harga berkisar Rp 5.800-Rp6.200/kg," kata Abdul Karim ketua Klomtan Kabul Lestari kepada detikcom di Dusun Krajan Kidul Desa Panunggalan, Kecamatan Pulokulon, Rabu (9/1/2008).
Dia mengatakan dari 84,72 hektar lahan di desa Panunggalan, klomtan Kabul Lestari yang beranggotakan 75 orang anggota ini menanam kedelai di lahan seluas 30 hektar. Sisanya sekitar 50-an hektar, ada pula warga yang tidak menjadi anggota yang ikut menanam varietas ini.
"Jenis lain juga banyak ditanam di wilayah sekitar Pulokulon dan sekitarnya. Namun bagi klomtan Kabul Lestari dianggap lebih baik dibanding yang lain," kata Karim didampingi sekretaris Ali Muchtar.
Menurut dia, sejak 10 tahun terakhir kelompok ini mengembangkan varietas Malabar versi Grogoban ini. Sebab verietas ini jika dimulai dari pembenihan, penanaman, pemeliharaan hingga pemupukan secara baik dan benar bisa meningkat hasilnya. Tak heran pula di tahun 2007 lalu mendapat penghargaan dari Presiden SBY sebagai klomtan terbaik.
Diakui Karim, kedelai Malabar yang dirilis oleh Balai Penelitian Kacang- kacangan dan Umbi- umbian (Balitkabi) Departemen Pertanian yang sekarang sudah tidak dikembangkan lagi. Kedelai Malabar versi Grobogan hanya penyebutan daerah untuk jenis kedelai yang mereka tanam dengan usia panen 72 hari.
Selain itu saat dipanen lebih mudah dibanding jenis lain. Keistimewaan jenis ini bila sudah dikupas dari polongnya, tampak kering, bersih, isi lebih mengkilap dan bentuk bulat karena isinya penuh.
"Sebelum panen, daun juga sudah rontok sendiri sehingga daun dapat menyuburkan lahan. Hasil panen juga benar-benar kering dan petani tak perlu menjemur dalam waktu lama," kata Karim sumringah saat melihat hasil panen melimpah dan berkualitas baik itu.
(bgs/qom)