Untuk itu pemerintah akan mengkaji kuota pemanfaatan sawit untuk energi dan pangan. Pemerintah menilai dampak gejolak harga seperti yang terjadi pada kedelai disebabkan oleh pemanfaatannya lebih di fokuskan untuk pemanfaatan energi.
Demikian disampaikan oleh Menteri Pertanian Anton Apriyantono disela-sela acara seminar on palm oil product development, quality and spo requirement. Improving competitiveness of Indonesia palm oil industry in global market, di Hotel Shangri-la, Jakarta, Senin (4/2/2008).
"Pemerintah punya komitmen bahwa sawit adalah sebagai kebutuhan pangan, "ujarnya.
Pemerintah tidak mau masalah yang terjadi pada kasus kedelai dan jagung menimpa sawit. Sehingga bisa menimbulkan gejolak harga karena kebutuhan penyerapan
untuk energi lebih tinggi bagi dua komoditi tersebut.
"Kita tidak mau terjadi pada komoditi minyak sawit," kata Anton.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang kita sedang mengkaji beberapa kebutuhan dunia, dan berapa kebutuhan dalam negeri," ucapnya.
Sayangnya, Anton enggan merinci berapa komposisi yang ideal bagi pemanfaatan minyak sawit sebagai bahan pangan dan sebagai bahan energi.
"Karena masih kajian, saya belum bisa menyampaikannya," ujarnya.
Tapi yang paling penting menurutnya, sekarang ini adalah pemerintah komitmen untuk pemanfaatan sawit diprioritaskan untuk pangan, baru selebihnya untuk pemanfaatan energi.
"Kita buat program panjang, misalnya berapa kebutuhan tahun 2020, tahun 2030 dan seterusnya," paparnya. (hen/ir)