Menurut Direktur ISEFID (Islamic Economic Forum for Indonesian Development) Prof Dr Asad Zaman, sistem ekonomi yang dibangun oleh Barat saat ini telah gagal menciptakan keadilan dan pemerataan ekonomi dunia. Meski kemajuan teknologi berkembang pesat.
"Ketimpangan yang semakin menjadi-jadi antara kelompok kaya dan kelompok miskin dunia merupakan bukti ketidakberhasilan sistem kapitalisme," ujar Asad.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pakar ekonomi asal Pakistan itu mengatakan, penyebab utama kegagalan tersebut adalah akibat sistem ekonomi kapitalisme dibangun di atas prinsip selfishness, yaitu mengutamakan kepentingan individu melalui sistem kompetisi dan persaingan yang cenderung tidak sehat.
Untuk mengatasi hal tersebut, Asad melanjutkan, perlu dikembangkan sebuah sistem alternatif yang lebih mengedepankan mekanisme berbagi (sharing) sebagai alat untuk menggerakkan perekonomian.
"Telah banyak kajian yang membuktikan hubungan positif antara semangat berbagi dengan tingkat kesejahteraan," imbuh profesor tamu di sejumlah universitas di AS ini," jelasnya.
Sementara itu, pengamat ekonomi IPB Irfan Syauqi Beik memaparkan beberapa data tentang kesenjangan antara kelompok kaya dan kelompok miskin di dunia dari beberapa lembaga internasional.
Contohnya dalam data Human Development Report 2006, Irfan menjelaskan, kelompok 10 persen orang terkaya di dunia saat ini menguasai 54 persen aset dan kekayaan.
"Bahkan dari total kekayaan 7 orang terkaya dunia sekarang sama dengan PDB 41 negara termiskin dunia. Ini sangat tidak adil," cetus pria yang juga menjabat Ketua Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Malaysia ini.
Karena itu, Irfan mengatakan, perlunya mengembangkan sistem ekonomi alternatif berupa instrumen zakat, infak dan sedekah (ZIS). Karena instrumen tersebut mampu mengalirkan kekayaan dari kelompok mampu kepada kelompok tidak mampu. (rmd/qom)