Depperin Bantah Industri Jadi Penikmat Subsidi Listrik

Depperin Bantah Industri Jadi Penikmat Subsidi Listrik

- detikFinance
Sabtu, 12 Jul 2008 15:43 WIB
Jakarta - Industri bukanlah penikmat subsidi listrik, karena tarif yang dikenakan lebih mahal ketimbang tarif listrik untuk masyarakat. Praktek di Indonesia ini berbeda dengan praktek di negara lain.

"Industri sebagai penikmat subsidi harus dijelaskan dulu karena level tarif industri lebih mahal dari tarif di masyarakat," kata Sekjen Departemen Perindustrian Agus Tjahajana dalam diskusi kelistrikan di kawasan Pakubuwono, Jakarta, Sabtu (12/7/2008).

Ia menjelaskan, di China dan Singapura, tarif listrik untuk industri justru lebih rendah ketimbang tarif untuk masyarakat. Ini karena industri di kedua negara tersebut menciptakan pendapatan bagi masyarakat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terkait pengalihan jam kerja industri ke Sabtu-Minggu, Agus menilai hal itu sebagai solusi bersama.

"Saya kira solusi yang ditawarkan sangat soft, datang ke kantor 1 kali sebulan di akhir minggu. Kita semua melihat perspektif kita dalam keadaan susah, intinya mari kita kurangi kenyamanan kita secara terbatas, tetapi kita menyelamatkan pembangunan kita," ujarnya.

Ditempat terpisah, Kepala Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) Bachrul Chairi memperkirakan kebijakan pengalihan jam kerja tidak akan mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia. Asalkan pengalihan shift tidak mempengaruhi produksi dari Industri.

"Pengalihan yang dilakukan adalah solusi dari kekurang kita, ya barang kali terpengaruh tetapi sedikit karena shifting itu aja, tetapi jam kerjanya tidak berubah, jumlah produksinya tidak berubah bahkan bisa lembur tanpa mengganggu kapasitas listrik terpasang," ujarnya, Jumat (11/7/2008).
 
Bachrul menambahkan, apabila perpindahan jam kerja itu tidak mengganggu produksi sudah dipastikan ekspor Indonesia akan aman, namun bisa saja hal tersebut terjadi .

"Kalau dari segi jumlah tidak akan terpengaruh karena dia bekerja dalam jumlah kerja yang sama," katanya.
 
Sebagai bagian dari upaya menggenjot ekspor BPEN juga melakukan upaya aktif dengan mendirikan beberapa kantor pusat promosi di luar negeri, hingga tahun 2009 ditargetkan terdapat kurang 20 kantor promosi di berbagai penjuru dunia.

"Kita akan mendirikan kantor pusat promosi senter akhir tahun di Mexico dan Sandiago Chili, akan ada kantor juga di Saopolo di Brazil," ungkapnya.

Selain itu, Depdag telah membuka beberapa kantor serupa di kota Fusan, Mumbay di Eropa di Barselona, sedangkan untuk AS ada di Chicago.

"Hingga pada tahun 2009 akan ada 20 kantor komisi ekspor, untuk semua produk mempromosikan produk kita," jelasnya.
 
Dalam menghadapi potensi pasar Afrika, BPEN juga sedang melakukan pendekatan perdagangan, khususnya untuk memaanfaatkan hajatan world cup tahun 2010. "Sekarang kita mulai sounding kemampuan kita untuk bekerjasama di UKM-UKM disana," tambahnya.
 
(qom/qom)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads