Rachman Halim, Pekerja Pejuang yang Low Profile

Rachman Halim, Pekerja Pejuang yang Low Profile

- detikFinance
Minggu, 27 Jul 2008 14:33 WIB
Jakarta - Presiden Komisaris PT Gudang Garam Tbk, Rachman Halim meninggal dunia pagi tadi di Singapura. Di mata koleganya, Rachman terkenal sebagai orang yang merakyat.

"Beliau itu kan seorang pekerja pejuang, sudah 3 generasi di Gudang Garam," ujar Ketua Umum Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (GAPPRI) Ismanu Soemiran ketika dihubungi detikFinance, Minggu (27/7/2008).

Rachman Halim menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes. Rachman pada tahun 2008 diposisikan Forbes sebagai orang terkaya ke-6 di Indonesia dengan kekayaan yang ditaksir sebesar US$ 2 miliar. Rachman 'kalah kaya' dibanding dengan Aburizal Bakrie, Budi Hartono, Eka Tjipta Widjaja, Sudono Salim dan Putera Sampoerna.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ismanu menuturkan Rachman tidak kalah dermawan, setiap lebaran tiba, Rachman selalu memberikan angpaw bagi puluhan ribu masyarakat.

Rachman Halim kalau bercengkerama dengan karyawannya merakyat. "Kalau memakai bahasa daerah itu halus," ujar Ismanu yang mengaku sangat dekat dengan sosok Rachman.

Saat perayaan ulang tahun emas PT Gudang Garam Tbk pada 25 Juni 2008, Gudang Garam meresmikan gedung pertemuan yang paling mewah di Kediri. "Itu menunjukkan betapa carenya terhadap karyawan," ujarnya.

Rachman Halim yang memiliki nama lain Tjoa To Hing ini mulai terjun ke dunia rokok yang diwariskan ayahnya pada 1969. Selang beberapa tahun kemudian yakni tahun 1984, Rachman mulai menjadi Dirut Gudang Garam. Pada tahun 2000, Rachman menyerahkan posisi dirut dan menjadi presiden komisaris Gudang Garam.

Perusahaan rokok terbesar kedua di Indonesia membagikan dividen Rp 250 per saham kepada pemegang sahamnya untuk tahun buku 2007. Total dividen itu mencapai Rp 481,022 miliar atau sekitar 33% dari perolehan laba bersih tahun 2007 sebesar Rp 1,443 triliun.

Kinerja laba bersih GGRM tahun 2007 membaik dibandingkan tahun 2006 yang sempat turun menjadi Rp 1,007 triliun dari tahun 2005 yang sebesar Rp 1,889 triliun.

"Beliau sudah lama jadi komisaris sehingga semakin memantapkan posisi Gudang Garam sebagai leader dalam industri rokok," pungkas Ismanu.

Kabar meninggalnya Rahman Halim dalam usia 61 tahun sontak menjadi perhatian di kota Kediri.

Hal ini tak berlebihan, karena pergerakan roda perekonomian di kota tahu selama ini tak lepas dari kinerja pabrik rokok terbesar di Indonesia tersebut.

Namun sayang, justru sebagian besar karyawan dari PT Gudang Garam Tbk mengaku belum mengetahui kabar kematian pemilik perusahaan tempatnya bekerja.

"Masak Mas Pak Halim meninggal? kapan dan dimana?," tanya Junaidi, salah satu petugas satpam di Unit IV PT Gudang Garam.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Sukarji, karyawan lain di Unit VI PT Gudang Garam Tbk. Dia mengaku sama sekali tak mendengar kabar kematian pemilik perusahaan tempatnya bekerja.

Junaidi dan Sukarji mungkin hanya segelintir dari lebih 41 karyawan PT Gudang Garam Tbk yang juga belum mengetahui kabar kematian Rachman Halim.

Bahkan ketidaktahuan Junaidi dan Sukarji mungkin belum seberapa, karena mereka hanya karyawan rendahan. Slamet Boediono, yang dikenal sebagai salah seorang direktur PT Gudang Garam saat dikonfirmasi kabar kematian Rahman Halim juga mengaku tak tahu secara mendetail.

"Saya tahunya beliau meninggal tadi pagi di Singapura, soal dirawat dimana, berapa lama dan sakitnya apa, saya justru sama sekali tidak tahu," katanya saat dikonfirmasi melalui telepon selulernya.
(fat/ddn)

Hide Ads