Tambang KPC dan PIK Diblokir, Pasokan Listrik di Jawa Terancam

Tambang KPC dan PIK Diblokir, Pasokan Listrik di Jawa Terancam

- detikFinance
Selasa, 12 Agu 2008 11:02 WIB
Jakarta - Penutupan jalur penambangan batubara milik PT Kaltim Prima Coal dan PT Perkasa Inaka Kerta (PIK) di Kutai Timur akan mengancam pasokan batubara untuk PLTU Tanjung Jati B.

Akibatnya, salah satu pembangkit listrik terbesar di Jawa ini terancam berhenti beroperasi jika pasokan batubaranya berlangsung dalam waktu yang lama.

Demikian disampaikan staf ahli Menteri ESDM bidang ekonomi dan keuangan, Simon Sembiring yang juga mantan Dirjen Minerbapabum dalam pembukaan Indo Mining and Energy 2008 di Hotel Shangri-La, Jakarta, Selasa (12/8/2008).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Harusnya Bupati itu berpikir dari A sampai Z. Kalau dia menutup tambang itu, lalu bagaimana dengan pasokan batubara yang disuplai, salah satunya untuk Tanjung Jati B. Kalau Tanjung Jati B sampai mati, bisa repot kita semua," katanya.

Produksi KPC di lokasi yang ditutup produksinya sekitar 75 ribu ton per hari, sementara pasokan untuk Tanjung Jati B kira-kira sebesar 5.000 ton per hari.

Dirjen Minerbapabum Bambang Setiawan menambahkan, pemerintah pusat telah mengirimkan tim Obyek Vital Nasional (Obvitnas) untuk menginvestigasi kasus tersebut. Rencananya hari ini akan dilaporkan ke menteri ESDM. Hasil laporan tersebut akan menjadi bahan koordinasi menteri ESDM yang melibatkan Kapolri.

"Untuk KPC kami kirim tim obvitnas untuk investigasi dan hari ini mereka akan lapor ke menteri ESDM. Hasil ini akan ditindaklanjuti untuk koordinasi dengan Polri. Rencananya hari ini menteri ESDM akan berkoordinasi dengan Kapolri untuk mencari solusi yang elegan," urai Bambang.

Simon menambahkan, pemerintah pusat menyesalkan tindakan Bupati Kutai Timur yang menutup jalur tambang KPC dan PIK tanpa koordinasi dengan pemerintah pusat.

"Padahal yang berkontrak kan pemerintah pusat, yang berjanji menteri kita dan dikontrak ada mekanismenya. Kalau terjadi kesalahan ada peringatan dulu, bukan seperti sekarang," ujar. (qom/ir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads