"Kami mempertahankan rating Indofood Sukses Makmur (INDF) pada 'trading buy' dengan target harga Rp 1.485 (dari sebelumnya Rp 1.350) dengan menaikkan valuasi SOP sebesar 15%, discount to NAV tetap 20% yang merupakan 11x dan 8.4x CY09-10 P/E," bunyi riset CIMB GK Securities, Rabu (6/5/2009).
CIMB juga menaikkan asumsi earning sebesar 18-24% karena beberapa alasan:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
- 1-6% earning upgrade di Indoagri.
- Menaikkan margin 130-170 basis poin karena EBIT margin yang lebih tinggi untuk mie instant.
- Asumsi rupiah yang kami naikkan ke Rp 10.1 k dan Rp 10 k untuk tahun 2009-2010.
Volume mie instant naik 13,4% qoq ke 215 juta bungkus/minggu sementara volume tepung terigu naik 11% qoq dengan pangsa pasar naik ke 63% dari 60%. Ancaman terutama adalah impor tepung ilegal dan kompetisi datang dari diferensiasi produk daripada perang harga.
CIMB memberi kajian ke Indofood:
EBITDA margin dari 'consumer branded product' (CBP) INDF naik ke 10,9% pada triwulan I-2009 karena margin mie instant yang naik ke 12,2%, tertinggi dalam 20 kwartal. Kontribusi CBP terhadap total menjadi naik ke 38%, tertinggi dalam 5 tahun.
Karena berkurangnya kompetisi serta strategi yang mengutamakan margin daripada volume, margin yang tinggi ini akan bertahan. Oleh karena itu, CIMB menaikkan estimasi EBIT margin kami dari 6% menjadi 12%.
Bogasari Lewati Masa Sulit
EBIT margin untuk Bogasari pada triwulan 1-2009 sebesar 4,4% merupakan yang terburuk sejak triwulan III-2003, namun CIMB percaya akan mulai membaik karena alasan berikut:
- Biaya inventory yang tinggi mulai menurun (harga gandum pada 1Q sebesar $349/ton vs kurang dari $300/ton saat ini.
- ASP dipangkas hingga 11% pada Jan-Feb09 dan seterusnya mulai dikenakan lagi PPN 10% pada tepung terigu, namun menaikan harga lagi sebesar 5% pada Mar09;
- Penguatan Rupiah.
INDF kembali menunjukan ingin mengurangi net gearing (hutang) ke 80% dari 114% pada 1Q09. Menurut kalkulasi CIMB, hal ini bisa tercapai dengan cara:
- Memangkas capex dari Rp 3,45 triliun menjadi Rp 2 triliun.
- Membayar obligasi senilai Rp 976 miliar yang jatuh tempo 7 Juli 2009
- Penurunan EBIT kurang dari 3% YoY (1Q sekitar +5% YoY) menurut kami tidak sulit untuk dicapai.
(ir/qom)