Yang disetujui untuk memegang posisi tersebut adalah Djakfarudin Junus. Sebelumnya, posisi direktur keuangan perseroan dirangkap oleh Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) Deden Edi Sutrisna.
Djakfarudin sebelumnya menjabat sebagai Vice President Commercial Banking PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) serta Komisaris PT Bank Mandiri Syariah.
Setelah dipercaya untuk memegang jabatan tersebut, ia berencana untuk menekan kerugian kurs yang selama ini diderita oleh perusahaan plat merah tersebut.
"Yang bisa saya lakukan untuk menekan kerugian kurs tidak sekedar efisiensi tapi juga kontrol terhadap cashflow yang lebih bagus, sesuai dengan kebutuhan Indofarma," katanya usai RUPS Indofarma di Hotel Intercontinental Mid Plaza, Jakarta, Kamis (4/6/2009).
Menurutnya, saat ini memang banyak perusahaan farmasi yang mengalami kerugian rugi kurs karena mayoritas bahan bakunya merupakan hasil impor.
Perseroan juga akan melakukan ekspor sebagai salah satu upaya menekan kerugian kurs. Pasalnya, dengan cara ekspor maka produk perseroan bisa dijual dalam bentuk Dolar Amerika Serikat.
Menurut Direktur Utama Perseroan P Soedibyo, ekspor tersebut merupakan salah satu cara natural hedging dalam menekan rugi kurs.
"Tahun ini kita targetkan ekspor tahun Rp 20-30 miliar. Nilai itu masih kecil cuma 5 persen dari target penjualan tahun ini," imbuhnya.
Ia juga mengatakan, pihaknya sedang menjajaki ekspor ke India tahun ini. Hingga akhir tahun 2009, perseroan mentargetkan bisa meraup pendapatan sebesar Rp 1,4 triliun dengan laba bersih Rp 25-30 miliar.
"Target itu sesuai dengan perhitungan kurs rupiah terhadap Dollar di Rp 10.500. Sudah kita perhitungkan tapi bisa juga tidak sesuai," ujarnya.
Merger BUMN Farmasi Tunggu DPR Baru
Mengenai rencana peleburan dua BUMN sektor usaha farmasi ke dalam satu BUMN baru akan dibahas dengan DPR yang baru akan dibentuk.
"Yang paling penting kan izin dari DPR. Nanti akan kita bahas setelah DPR yang baru terbentuk lagi nanti," kata Soedibyo .
Merger tersebut akan dilakukan Indofarma bersama dengan PT Kimia Farma Tbk (KAEF). Ia mengatakan, saat ini perseroan sedang melakukan kajian mengenai aspek terkait dengan penggabungan tersebut.
"Kalau setelah dikaji ternyata menarik secara komersil baru kita bicara sosialisasi dengan pemegang saham," ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, Deputi Kementerian Negara BUMN Bidang Jasa dan Usaha Lainnya Muchayat mengatakan target penggabungan BUMN Farmasi tersebut tetap di awal tahun 2010.
"Masih ada waktu lah untuk persiapan," ujarnya.
(ang/qom)