"Usai menyerap saham Garuda, mereka (underwriter) menjerit. Modalnya tergerus. Saya bilang sabar, ini konsekuensi logis dari bisnis. Tapi pemerintah tidak akan membiarkan begitu saja, pemerintah akan bantu sampai modalnya kembali normal," kata Menteri BUMN Mustafa Abubakar saat berkunjung ke kantor detikcom, Warung Buncit, Jakarta, Kamis (24/2/2011).
Mustafa mengatakan, pemerintah tidak akan menyuntikan modal secara langsung kepada Danareksa, Bahana dan Mandiri, karena tidak bisa intervensi langsung. Namun pemerintah berjanji untuk memfasilitasi ketiganya dalam mencari dana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski dari sisi penjamin emisi harus mengeluarkan dana yang cukup besar, jika dilihat dari sisi Garuda, menurut Mustafa hal ini dinilai cukup sukses. Garuda yang tidak bankable dan feasable bisa mendapat dana sebanyak Rp 3,3 triliun sekaligus membayar utang Rp 1,4 triliun ke Bank Mandiri hanya dalam sehari.
"Tapi memang karena semuanya milik pemerintah jadi seperti keluar kantong kiri masuk kantong kanan. Kita akan bantu mereke underwriter di tengah pasar lesu," jelasnya.
Seperti diketahui, terdapat sisa saham IPO GIAA yang tidak terserap investor sebanyak 3,008 miliar lembar dengan nilai Rp 2,25 triliun. Dimana 3 sekuritas BUMN harus menyerap secara tanggung renteng masing-masing Rp 752 miliar.
Khusus Danareksa Sekuritas, total pendanaan bersumber dari induk usahanya, PT Danareksa (Persero). Danareksa juga memberi dana segar kepada Bahana Securities Rp 200 miliar. Total yang dikucurkan Danareksa (Persero) mencapai Rp 950 miliar.
Sisa kebutuhan modal Bahana, didapatkan dari pinjaman money market dan interbank loan. Satu lagi pendanaan PT Mandiri Sekuritas Rp 752 miliar disuntikkan oleh Bank Mandiri sebagai induk usaha.
Garuda melepas saham baru sebanyak 6,335 miliar lembar, atau setara dengan 26,67% dari total modal yang ditetapkan. Dengan harga pelaksanaan Rp 750 per lembar maka dana yang dapat Rp 4,751 triliun.
Uang ini tidak dinikmati Garuda sendiri. Pasalnya ada hak saham milik Bank Mandiri, dari utang perseroan yang kemudian dikonversi menjadi saham perdana. Saham Garuda milik BMRI sebanyak 1,9 miliar lembar, sedangkan milik BUMN Aviasi sendiri 4,4 miliar lembar. Dengan demikian jatuh murni Garuda atas saham IPO miliknya, Rp 3,3 triliun, sedangkan untuk BMRI Rp 1,451 triliun.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), sebanyak 47,48% atau 3.008.406.725 lembar saham dari total saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) terserap oleh penjamin emisi karena sepinya permintaan. Hanya 3.327.331.275 lembar yang terserap oleh pasar, baik melalui pooling ataupun institusi. Tercatat saham dipesan oleh 11.068 pihak, dengan jumlah lembar 3.327.331.275.
Pada perdagangan Kamis ini, saham GIAA ditutup turun Rp 10 (1,88%) menjadi Rp 520.
(ang/qom)











































