Menteri BUMN: Harga Saham Garuda Bukan Jatuh dari Langit

Menteri BUMN: Harga Saham Garuda Bukan Jatuh dari Langit

- detikFinance
Jumat, 25 Feb 2011 06:55 WIB
Jakarta - Pencatatan saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) beberapa waktu lalu sempat memunculkan kontroversi karena harganya yang dinilai terlalu mahal. Menteri BUMN Mustafa Abubakar kabarnya menetapkan harga tersebut tidak sesuai dengan perhitungan yang sesungguhnya, dan mendasarkan pada istikharah.

Atas kabar tersebut, Mustafa membantahnya. Ia menegaskan, harga saham perdana Garuda dilakukan sesuai prosedur dan disepakati 3 penjamin emisi (underwriter) serta Garuda. Harga saham Garuda tidak jatuh dari langit.

"Kalau ada yang mengatakan: 'Kami dipaksa harga oleh pak menteri sebagai pemegang saham', itu salah. Apalagi bilang pak menteri menentukan lewat istikharah. Saya jelaskan, mekanisme pricing berjalan sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Semua kita ikuti, mulai dari Bapepam dan segala macam," katanya saat berkunjung ke kantor detikcom, Warung Buncit, Jakarta, Kamis (24/2/2011).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya sempat minta bagaimana kalau di Rp 900-1.060 per lembar. Tiga-tiganya (underwriter) langsung mundur. Akhirnya disepakati harga bersama, bukan jatuh dari langit, bukan hanya istikharah saja. Bahwasanya ada indera keenam ya bisa-bisa saja hahaha..," ujar Mustafa sambil tertawa.

Awalnya, underwriter yang terdiri dari PT Danareksa Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas dan PT Bahana Securities, menyodorkan harga saham Garuda di kisaran Rp 560-850 per lembar. Namun, dengan adanya permintaan dari Mustafa, mereka sepakat untuk melakukan tes kembali.

Akhirnya, disepakati kisara harga di Rp 750-1.100 per lembar saham yang akhirnya ditentukan Rp 750 per lembar. Menurut Mustafa, alasan adanya harga yang lebih
tinggi dari penawaran undewriter itu karena Garuda merupakan kebanggaan rakyat Indonesia yang tidak boleh dijual murah begitu saja.

"Garuda itu simbol Indonesia, kebanggan rakyat yang tidak bisa dihargai terlalu murah. Setelah undwriter melakukan kajian lagi, mereka sepakat di Rp 750-1.100 per lembar," imbuhnya.

Menurutnya, kesepakatan itu terjadi bukan atas paksaaan pemerintah sebagai pemeganng saham, tetapi memang sudah kesepakatan bersama.

"Tidak ada paksaan, mereka (underwriter) bilang sanggup di harga segitu. Kalau memang kemahalan mereka kan bisa mundur," jelasnya.

Diberitakan sebelumnya, sumber detikFinance yang mengetahui skema pembentukan harga mengaku tiga underwriter tersebut dipaksa menentukan harga saham perdana
Garuda karena merupakan hasil shalat istikharah.

Sumber detikFinance yang mengetahui skema pembentukan harga ini mengaku, pemegang saham GIAA, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bahkan sebelumnya menginginkan harga GIAA dikisaran Rp 900-1080 per lembar/ Harga itu ditetapkan berdasarkan istikharah Mustafa.

"Pak Menteri (Menteri BUMN Mustafa Abukbakar) bilang, berdasarkan hasil salat Istikharah saya, harga Garuda Rp 900-1080, no bargain," ucap sumber yang mengikuti kalimat yang dilontarkan Mustafa dalam perbincangannya, Kamis (17/2/2011) lalu.

Garuda melepas saham baru sebanyak  6,335 miliar lembar, atau setara dengan 26,67% dari total modal yang ditetapkan. Dengan harga pelaksanaan Rp 750 per lembar maka dana yang dapat Rp 4,751 triliun.

Uang ini tidak dinikmati Garuda sendiri. Pasalnya ada hak saham milik Bank Mandiri, dari utang perseroan yang kemudian dikonversi menjadi saham perdana. Saham Garuda milik BMRI sebanyak 1,9 miliar lembar, sedangkan milik BUMN Aviasi sendiri 4,4 miliar lembar. Dengan demikian jatuh murni Garuda atas saham IPO miliknya, Rp 3,3 triliun, sedangkan untuk BMRI Rp 1,451 triliun.

Berdasarkan data  Bursa Efek Indonesia (BEI), sebanyak 47,48% atau 3.008.406.725 lembar saham dari total saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) terserap oleh penjamin emisi karena sepinya permintaan. Hanya 3.327.331.275 lembar yang terserap oleh pasar, baik melalui pooling ataupun institusi. Tercatat  saham dipesan oleh 11.068 pihak, dengan jumlah lembar 3.327.331.275.

Pada perdagangan Kamis kemarin, saham GIAA ditutup turun Rp 10 (1,88%) menjadi Rp 520.

(ang/qom)

Hide Ads