Terkena Prospek Negatif, Saham Bakrie Telecom Anjlok

Terkena Prospek Negatif, Saham Bakrie Telecom Anjlok

Angga Aliya ZRF - detikFinance
Rabu, 20 Jul 2011 11:28 WIB
Jakarta -

Saham salah satu perusahaan Grup Bakrie, PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) anjlok setelah Fitch Ratings telah merevisi prospek perseroan dari stabil menjadi negatif. Kemarin, saham perseroan masih mampu menguat.

Berdasarkan data perdagangan saham Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dikutip detikFinance, Rabu (20/7/2011), hingga pukul 11.16 waktu JATS, harga saham BTEL anjlok 2,85% atau 10 poin ke posisi Rp 340 per lembar. Sahamnya sudah ditransaksikan 18 kali dengan volume 552 lot senilai Rp 95,343 juta.

Kemarin, saham salah satu anak usaha PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) ini masih mampu naik, meski tipis hanya 5 poin (1,44%) ke level Rp 350 per lembar. Turunnya harga saham BTEL ini bertolak belakang dengan laju IHSG yang menguat hari ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti diketahui, Fitch Ratings telah merevisi prospek atau outlook operator Esia itu, dari Stabil menjadi Negatif. Prospek Negatif mencerminkan risiko kemungkinan rasio utang dan rasio cakupan bunga anak usaha Grup Bakrie itu akan tetap melanggar pedoman peringkat negatif, terutama jika proyeksi manajemen untuk pertumbuhan pendapatan yang kuat selama 2011 tidak terwujud.

Pertumbuhan pendapatan yang lebih rendah dari harapan menyebabkan rasio hutang bersih disesuaikan terhadap EBITDAR meningkat menjadi 4,1x di FYE10 dari 3,6x di FYE09, sedikit di atas pedoman peringkat negatif di 4,0x, dan rasio cakupan dana dari operasi terhadap bunga menurun dari 3,9x ke 3,1x selama periode yang sama.

Meskipun jumlah pelanggan BTEL tumbuh dengan pesat sebesar 23% selama 2010, pertumbuhan pendapatan hanya sebesar 0,8% yoy, sebelum menurun sebesar 1,3% yoy pada kuartal I-2011. Manajemen mengharapkan peningkatan yang signifikan tahun ini, memproyeksikan pendapatan kotor tumbuh sebesar 30% menjadi sekitar Rp 4,5 triliun.

Namun, Prospek Negatif Fitch mempertimbangkan tekanan terhadap rata-rata pendapatan per pengguna (ARPU) BTEL yang berkelanjutan karena tekanan persaingan di pasar telekomunikasi Indonesia, serta tingginya kebutuhan belanja modal (capex) yang dihadapi BTEL tahun ini dan tahun depan.

(ang/dnl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads