"Sayang sekali saat ini gerakan cinta rupiah memudar. Orang elit pun kalau sekarang pakainya dolar karena jauh kelasnya jika memegang dolar daripada rupiah. Sayang sekali kesadaran dan kecintaanya memudar," ungkap Ketua Umum Asosiasi Pedagang Valuta Asing (PVA), Idrus Muhammad saat berbincang dengan detikFinance, Senin (16/12/2013).
Dijelaskan Idrus, rupiah memang terus terpuruk ketimbang mata uang lainnya. Lebih jauh ia berharap, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) terus melakukan imbauan dan arahan untuk tetap menggunakan rupiah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masih ingat penggalan lirik lagu Aku Cinta Rupiah? yang dibawakan artis cilik Cindy Cenora yang sempat nge-hits pada 1998 saat krisis ekonomi melanda Indonesia. Saat itu rupiah juga sempat anjlok melewati angka Rp 12.000/US$.
Salah satu lirik lagunya seperti ini:
Aku cinta rupiah biar dolar dimana-mana
Aku suka rupiah, karena aku anak Indonesia
Mau beli baju, pakai rupiah
Jalannya juga, pakai rupiah
Mau beli buku, buku sekolah
Karena ku sayang ya rupiah
Dengan kondisi dolar saat ini tembus Rp 12.000, apakah harus ada gerakan cinta rupiah?
"Gerakan cinta rupiah bukan zamannya lagi, dulu waktu zaman Soeharto, pemerintah gencar teriak-teriak harus cinta rupiah, diketawain kita, mau itu dilakukan lagi, ya diketawain lagi," ucap Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi.
Sofjan mengungkapkan dengan kondisi fundamental Indonesia dan dunia seperti ini, sulit untuk mengajak masyarakat bisa memberikan kontribusi terhadap penguatan rupiah.
"Kita beli produk-produk impor baju, makanan dan banyak lagi yang mana belinya pakai dolar, kita boros pakai BBM yang mana belinya pakai dolar," katanya.
Pagi ini, dolar AS terus menunjukkan penguatannya terhadap rupiah. Di awal pekan ini dolar AS hinggap di Rp 12.100.
Mengutip data Reuters, Senin (16/12/2013), dolar AS diperdagangkan di level Rp 12.100 tepat pada pukul 08.30 WIB sebelum kembali ke level Rp 12.095 pada pukul 09.00 WIB.
Dolar di level Rp 12.100 ini terjadi saat bulan Maret 2009 lalu. Penguatan dolar ini disebabkan membaiknya perekonomian AS dan beriringan dengan rencan penarikan stimulus (tappering off) oleh Bank Sentral AS, The Fed.
Dolar juga menunjukkan keperkasaannya terhadap Rupee (India), Peso (Filipina) dan Yuan (China). Namun sangat disayangkan rupiah paling terpuruk jatuhnya hingga 0,12% atau sekitar 14 poin ke level Rp 12.120 per dolar AS.
(dru/dnl)