Investasi Ini Perlu Dilirik Saat Dolar AS Melambung

Investasi Ini Perlu Dilirik Saat Dolar AS Melambung

- detikFinance
Rabu, 18 Mar 2015 08:44 WIB
Investasi Ini Perlu Dilirik Saat Dolar AS Melambung
Jakarta - Melambungnya dolar Amerika Serikat (AS) terhadap seluruh mata uang di dunia tidak selalu merugikan. Momentum ini bisa dimanfaatkan untuk berinvestasi atau bertransaksi di valuta asing (valas).

Pengamat pasar uang Farial Anwar menilai, kondisi membaiknya perekonomian AS membuat Negeri Paman Sam tersebut 'diserbu' investor. Dolar AS pun terus melonjak hingga menyentuh level Rp 13.200.

Penguatan dolar AS ini menarik banyak investor untuk turut bertransaksi valas. Bagi yang punya banyak dolar AS, saatnya menjual di harga tinggi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sekarang sedang ramai bermain di valuta asing karena ada perkiraan naiknya suku bunga The Fed (bank sentral AS). Kebanyakan investor buy on rumours, spekulator pindah ke dolar AS daripada emas. Harga minyak juga turun, berisiko bermain di komoditas," jelas Farial kepada detikFinance, Rabu (18/3/2015).

Farial mengungkapkan, dolar AS dianggap paling menarik di tengah ketidakpastian kenaikan suku bunga The Fed. Sudah 2 tahun isu soal kenaikan suku bunga ini diombang-ambing, sehingga dolar AS pun terus menguat.

Misalnya saja, beli dolar AS saat awal 2014 posisinya saat itu di sekitar Rp 10.000. Dengan sekarang posisinya sudah di level Rp 13.200, keuntungan yang diperoleh tentu lumayan.

"Dollar Index (perbandingan dolar AS terhadap mata uang utama dunia) menguat tajam. Tapi hati-hati, karena dolar AS mendekati peak-nya (posisi tertinggi)," ucap Farial.

Lebih jauh Farial menjelaskan, sampai pertengahan 2015 dolar AS masih akan kuat. Bisa saja dolar AS menyentuh kisaran Rp 13.500.

Namun perlu diketahui, jika ingin berinvestasi atau transaksi valas harus melalui lembaga resmi yang terdaftar seperti Bursa Berjangka Jakarta (BBJ), pilih yang terbaik.

"Kita browsing dulu di internet 10 forex terbaik di dunia, itu pasti muncul. Itu forex di pasar internasional, sudah terbukti," kata Farial.

Catatan detikFinance, depresiasi rupiah di periode Desember 2014 hingga Maret 2015 mencapai sebesar 6%. Sementara sepanjang 2014 depresiasinya sebesar 1,8%.

Mata uang real Brasil mengalami depresiasi paling dalam yaitu 12,5% selama 2015. Sementara sepanjang 2015 mencapai 17%.

Kemudian disusul lira Turki, dengan depresiasi 8% sepanjang 2014 dan 12% pada tahun ini. Kemudian ada ringgit Malaysia yang melemah 6% pada 2014 dan 6% juga selama 2015.

"Ada kecenderungan Fed Fund Rate akan dinaikkan pada di Juni-Juli 2015, yang tadinya 0,25% akan menjadi 0,5-1%. Kemudian pada 2016 bisa dinaikkan lagi sampai 2,5%," papar Farial.

(drk/hds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads