Saham 6 Bulan Dibekukan, Bagaimana Kelangsungan Bisnis Inovisi?

Saham 6 Bulan Dibekukan, Bagaimana Kelangsungan Bisnis Inovisi?

Dewi Rachmat Kusuma - detikFinance
Jumat, 10 Jul 2015 13:55 WIB
Jakarta - Emiten infrastruktur teknologi, migas dan pertambangan, PT Inovisi Infracom Tbk (INVS) belum memikirkan ekspansi yang lebih agresif ke depan.

Saat ini, Perseroan akan fokus untuk memperbaiki kinerja lewat penyelesaian laporan keuangan kuartal III-2014 yang dinilai banyak kesalahan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).

Akibatnya, sejak 13 Februari 2015, saham INVS dibekukan alias suspensi. Lewat perbaikan, kepercayaan investor akan muncul kembali sehingga perseroan bisa leluasa mengembangkan bisnis perseroan ke depan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita tidak bisa bicara ekspansi, kita cuma bisa bertahan supaya tidak kelelep (tenggelam) saja," ujar Direktur Utama INVS Jan Adam Tangkilisan saat ditemui usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), di Balai Kartini, Jakarta, Jumat (10/7/2015).

Meski demikian, Perusahaan yang dulunya bernama PT Cipta Media Rekatama ini masih terus melanjutkan kinerja operasional perseroan yang masih berjalan.

Bisnis yang masih dijalaninya saat ini di antaranya adalah menggarap proyek pembangkit listrik tenaga mini hydro (PLTM) di Sembilin, Dairi, Sumatera Utara.

Selain itu, perseroan juga berniat membangun pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Pasaman, Batu Lunak, Sumatera Barat.

Perseroan juga tengah melakukan penjajakan pembangunan PLTM di Ciasem, Subang, Jawa Barat.

"Pembangkit listrik tetap jalan, kita ekspansi tetap jalan, tapi utamanya fokus buka suspensi dulu," kata Jan.

Terkait batu bara, Jan menyebutkan, kemungkinan perseroan akan menahan bisnis ini. Harga komoditas yang terus merosot serta kondisi perekonomian global yang belum kondusif tidak memungkinkan perseroan untuk melanjutkan bisnis ini dalam waktu dekat.

"Waktu manajemen dulu, batu bara itu kan lagi bagus, sekarang tiarap, dipegang saya, saya kena getahnya," ucap dia.

Jan mengungkapkan, perseroan akan mencari cara untuk bisa tetap mempertahankan keberlangsungan perusahaan.

Saat ini, kemungkinan bisnis yang akan didorong adalah di sektor teknologi informasi.

"Bisnis yang mendukung saat ini IT, kita kan ada kerjasama sama Telkom, listrik juga, kita mau infrastruktur. Sekarang orang bilang Indonesia lagi resesi, tapi nggak tahu, makanya kita mau dukung di infrastruktur. Kontribusi IT mayoritas, batu bara hold dulu," imbuh Jan.

(drk/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads