Pelemahan ini dilakukan untuk mendorong pasar ekspor China yang kalah bersaing, lantaran mata uangnya terlalu kuat dan membuat barang-barangnya menjadi mahal.
Mata uang negara-negara di Asia berguguran. Di Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tertekan. Kemarin, dolar AS ditutup di Rp 13.610, sementara IHSG turun 2,6%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ekonom Universitas Gajah Mada (UGM) Tony Prasetiantono mencoba memaparkannya.
"Cara melemahkannya, yuan dipasok, diperbanyak, diguyur ke pasar, suplainya diperbanyak di pasar melalui cadangan devisanya yang besar itu," jelas dia kepada detikFinance, Rabu (12/8/2015).
Saat ini, jumlah cadangan devisa China mencapai US$ 3,8 triliun. Ini merupakan cadangan devisa terbesar di dunia. "Dengan cadangan devisa mereka yang kini US$ 3,8 triliun, ini terbesar di dunia," katanya.
Tony menjelaskan, dengan cadangan devisa yang tinggi, China tak khawatir mata uangnya tertekan. Justru, kata Tony, dengan pelemahan yuan, daya saing ekspor China kembali menggeliat. Harga produk-produk China bisa bersaing.
"China ekonomi kuat seharusnya mata uangnya menguat tapi malah sengaja dilemahkan, mata uang yuan dinilai terlalu kuat di tengah perlambatan mata uang negara-negara lain, sehingga ekspor China tidak kompetitif. Sengaja dilemahkan biar ekspor naik, padahal kalau pun didiamkan saja, mata uang yuan itu tetap kuat," jelas Tony.
China tidak ingin seperti AS yang mata uangnya terlalu kuat, sehingga daya saing ekspor menurun karena sudah terlalu mahal. Tony menyebutkan, kebijakan pelemahan yuan tersebut justru mengguncang sektor keuangan negara lain.
"Ini dampaknya guncangan ke seluruh dunia. Sehingga terjadi currency war (perang mata uang), negara-negara lain mata uangnya melemah," sebutnya.
Tony menambahkan, kebijakan pelemahan mata uang pernah terjadi di Indonesia. Saat itu, Indonesia masih menganut sistem fixed rate. Artinya, level rupiah tetap.
"Tanggal 14 Agustus 1997, tadinya fixed rate, rupiah tetap, kemudian boleh volatile di batas tertentu, saat krisis. Ini juga terjadi di yuan, mereka mulai diizinkan untuk melemah, currency band, intervention band, sama halnya rupiah boleh melemah dalam level tertentu," kata Tony.
(drk/dnl)