Perang Mata Uang Sudah Lama Terjadi, China Hanya Ikut-ikutan

Perang Mata Uang Sudah Lama Terjadi, China Hanya Ikut-ikutan

Angga Aliya - detikFinance
Kamis, 20 Agu 2015 10:35 WIB
Jakarta - Selamat datang di era baru peperangan. Sekarang ini perang tidak lagi dilakukan dengan konflik fisik, tapi seiring perkembangan zaman peperangan bisa dilakukan dengan hanya duduk di depan monitor komputer.

Caranya dengan mengutak-atik mata uang sebuah negara. Mata uang ini sengaja dilemahkan supaya produk negaranya lebih terjangkau dan bisa bersaing dengan negara lain. Ini biasa disebut perang mata uang.

Langkah bank sentral China, The People's Bank of China (PBoC), yang baru-baru ini sengaja melemahkan nilai tukar yuan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dianggap sebagai pemicu perang mata uang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Padahal, bisa dibilang China ini hanya ikut-ikutan saja. Ketika ekspornya mulai lesu, China menurunkan yuan supaya daya saing produk-produknya naik.

Banyak negara yang dengan sengaja menurunkan nilai mata uangnya, jauh sebelum China melemahkan yuan. Contohnya, Jepang dan Vietnam.

"China tidak memulai perang mata uang yang sudah ramai sejak 2014 lalu, Jepang sudah memulainya beberapa tahun lalu. China ini hanya ikut-ikutan," kata Analis Pasar Uang dari Royal Bank of Canada seperti dikutip CNBC, Kamis (20/8/2015).

Lalu mengapa China dianggap jadi pemicunya? Karena China adalah negara dengan ekonomi terbesar kedua dunia. Ibaratnya kalau China bersin, seluruh dunia terkena flu.

Apalagi, banyak pihak memprediksi langkah China ini dilakukan karena ekonominya bakal melambat sampai akhir tahun ini.

Pemerintah China juga sudah mengeluarkan banyak stimulus, mulai dari memangkas suku bunga sampai menggenjot infrastruktur, tapi tetap saja ekonominya tumbuh lambat.

Akhirnya, China memilih untuk melemahkan mata uangnya sehingga produk-produk yang akan diekspor lebih murah. Ini cara yang kasar tapi terbukti efektif.

Meski demikian, Analis PBoC, Ma Jun, membantah jika China melemahkan yuan untuk meramaikan perang mata uang.

"China tidak ada niat untuk berpartisipasi dalam perang mata uang," kata Ma dalam keterangan tertulis.

(ang/dnl)

Hide Ads