Rumor Saham Sekawan 'Digoreng' Setelah Back Door Listing?

Rumor Saham Sekawan 'Digoreng' Setelah Back Door Listing?

Dewi Rachmat Kusuma - detikFinance
Selasa, 03 Nov 2015 11:56 WIB
Rumor Saham Sekawan Digoreng Setelah Back Door Listing?
Foto: Dewi/detikFinance
Jakarta -

Perdagangan saham PT Sekawan Intipratama Tbk (SIAP) kemarin dihentikan sementara (suspen) oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Beredar kabar suspensi diberikan karena saham SIAP 'digoreng'.

Bagi yang berkecimpung di dunia pasar modal, aksi goreng saham sudah tidak asing lagi, yaitu aksi menaikkan harga saham saham dengan kepentingan tertentu. Artinya, saham sebuah perusahaan sengaja dinaikkan memakai kabar yang positif sampai titik tertentu.

Apa keuntungan si penggoreng saham? Banyak, salah satunya adalah membeli pada saat rendah dan menjual setelah tinggi, atau bisa juga dijadikan jaminan utang untuk dikembalikan setelah lunasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Transaksi gadai saham ini dikenal juga dengan nama Repurchase Agreement (REPO). Nah, santer beredar kabar saham SIAP ini digadai oleh salah satu pemegang sahamnya setelah harganya naik tinggi.

Kabarnya, gadai saham tersebut dilakukan oleh Renier Latief, salah satu pemegang saham di Sekawan. Nama Renier selama ini selalu dikaitkan dengan Grup Bakrie.

"Itu saya indikasi itu saya denger dari OJK, itu sudah nggak ada. Jadi begini loh, nggak tahu rumor dari mana, jadi seolah-olah skenario SIAP itu Bakrie di belakangnya, sebenarnya kalau kita nggak mau repot, bilang saja iya, tapi kan nggak. Jadi bukan, mereka mengkhawatirkan itu nanti di belakangnya Bakrie, jadi Pak Reiner itu dari 2005, sudah lepas dari Grup Bakrie," kata Corporate Secretary Sekawan Herry Priambodo ditemui detikFinance di kantornya, Menara Global, Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Selasa (3/11/2015).

Dari kabar yang beredar Renier, mengambil alih Sekawan, yang itu bergerak di usaha kemasan plastik dengan mekanisme backdoor listing, yaitu go public lewat jalan belakang alias mengambil alih perusahaan yang sudah ada di bursa.

"Itu rights issue. Jumlahnya 23 miliar lembar saham US$ 400 juta, modal kita jadi 24 miliar lembar saham, harganya Rp 200, jadi Rp 4,680 triliun. (Renier) pemegang saham pengendali tidak langsung, secara hukum tidak ada tapi itu istilah di pasar modal kan ada, kita juga sudah sampaikan ke OJK, jadi ya kalau secara administrasi, company, itu private limited," ujarnya.

Setelah mengambil alih Sekawan, Renier dikabarkan mencari aset yang bisa diambil alih untuk ditempelkan di perusahaan yang baru diambil alih supaya harga saham Sekawan bisa naik alias digoreng.

Benarkah Renier menggoreng saham SIAP? Tunggu di berita selanjutnya.

(drk/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads