Fraksi Harga Saham Berubah, Investor Ritel Pasar Modal Bisa Bertambah

Fraksi Harga Saham Berubah, Investor Ritel Pasar Modal Bisa Bertambah

Dewi Rachmat Kusuma - detikFinance
Rabu, 04 Mei 2016 16:52 WIB
Foto: Dok. Mandiri Sekuritas
Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) memberlakukan perubahan satuan perubahan harga yang digunakan dalam melakukan penawaran jual atau permintaan beli (fraksi harga) baru, dari 3 kelompok menjadi 5 kelompok.

Direktur Utama Mandiri Sekuritas Abiprayadi mengungkapkan, perubahan fraksi harga tersebut baik untuk peningkatan transaksi di pasar modal. Menurutnya, dengan lebih banyak fraksi harga memungkinkan lebih banyak menarik investor ritel.

"Jadi lebih banyak pilihan. Lebih bagus dong. Bagaimana pun (perubahan fraksi) nggak bisa bikin happy semua orang. (Mereka yang besar) mungkin menganggap receh-receh banget, tapi harusnya bisa men-support," jelas Abi saat bincang santai bersama media di Penang Bistro, Pacific Place, Jakarta, Rabu (4/5/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Strategy, Treasury & Retail Mandiri Sekuritas C. Paul Tehusijarana menambahkan, dengan banyaknya transaksi akan meningkatkan likuiditas di pasar modal.

Selama ini, dengan hanya 3 kelompok fraksi harga, nasabah ritel lebih banyak hanya menaruh dananya dan tidak ditransaksikan karena rentang harga yang ditetapkan terlalu lebar.

Melalui perubahan 5 fraksi harga ini, nasabah ritel akan banyak dapat kesempatan melakukan transaksi karena rentang harganya tidak terlalu lebar.

"Kita pengen yang ritel lebih aktif, ini akan menolong, frekuensi trading akan naik. Ini supaya ritel lebih aktif, impact terakhirnya value dan volume naik, kalau nggak begini kan yang ritel hanya beli terus diam, jadi nggak ada pergerakan perubahan harga, likuiditas rendah," terang Paul.

Sejauh ini, lanjut Paul, belum ada nasabah Mandiri Sekuritas komplain atau merasa keberatan atas pemberlakuan fraksi harga yang baru.

"Tidak ada yang komplain, mereka fine-fine saja. Kalau yang besar (institusi) mereka kan biasanya masuk di harga saham yang tinggi jadi nggak kena perubahan ini," katanya.

Paul melihat, perubahan ini akan meningkatkan transaksi di pasar modal dan menambah jumlah investor ritel. Paling tidak, active ratio dalam bertransaksi bisa semakin tinggi.

"Kita ingin active ratio dulu dibandingkan jumlah. Nasabah kita dari 51.000 yang aktif 15%, target bisa 30% active ratio. Banyak yang nggak aktif. Jadi kita edukasi," pungkasnya. (drk/ang)

Hide Ads