Ikke mengaku sudah mulai berinvestasi sejak 2009 lalu. Kala itu dia menjajal berinvestasi di instrumen investasi valuta asing (valas) dengan menitipkan dananya ke sahabatnya.
Namun dia mengaku tak lama berinvestasi di valas. Sebab dia memandang instrumen investasi itu mengandung risiko yang tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah dia menjajal berinvestasi di valas, Ikke kemudian mencoba untuk membeli Obligasi Ritel Indonesia (ORI) dan sukuk ritel. Dia sudah berinvestasi di ORI sejak 4 tahun yang lalu.
Ketika investasinya di ORI dan sukuk ritelnya membuahkan hasil dari bunga kuponnya, Ikke lantas mengalihkannya dengan menambah modal dari bisnis restoran dan karaoke yang dimilikinya di Bandung.
"Nama karaokenya My Boss, lokasi di kawasan Grogol, Jakarta. Tahun ini saya berencana menambah dua cabang di Jakarta dan satu cabang di Bandung," imbuhnya.
Tak hanya itu, Ikke juga mengaku memiliki penasehat keuangan pribadi. Nah, penasehatnya itu juga menyarankan agar Ikke berinvestasi di pasar modal dengan membeli saham. Alhasil dia mulai membuka rekening efek sejak bulan lalu.
"Saya juga mendapat pengetahuan mengenai saham dari direksi Bursa Efek Indonesia (BEI). Modal berinvestasi itu ternyata tidak harus punya duit banyak nilainya," tuturnya.
Dia yakin investasi saham juga memberikan keuntungan yang menarik. Ikke menyisihkan 10% dari total penghasilannya untuk membeli saham.
"Fluktuasi pasar saham prospektif untuk investasi jangka panjang," pungkasnya. (ang/ang)