Direktur Bank Harda Barlian Halim menjelaskan, untuk rencana akuisisi tersebut memang ranah dari para pemegang saham. Namun Barlian telah mengkonfirmasi ke pemegang saham mayoritas Bank Harda bahwa tidak ada rencana tersebut.
"Itu sebenarnya urusan pemegang saham. Saya sudah konfirmasi ke pemegang saham apakah benar ada pembicaraan itu, dia bilang tidak ada. Dia juga bingung isu itu dari mana. Jadi tidak ada akuisisi BCA," tuturnya di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (17/5/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan skema rights issue, maka para pemegang saham existing yang akan menyerapnya, atau dengan kata lain tidak akan ada pemegang saham baru.
"Pemegang saham utama kita masih komit untuk menambah modal," tegasnya.
Barlian menambahkan, pihaknya juga sebenarnya sudah melakukan private placement pada semester I tahun ini sebesar Rp 50 miliar.
"Rencananya rights issue dari tahun lalu, cuma berubah menjadi private placement," tukasnya.
Sekadar informasi, komposisi pemegang saham Bank Harda saat ini sebesar. 72,66% dimiliki oleh PT Hakimputra Perkasa, Kwee Sinto memiliki saham 5,42%, sisanya tersebar untuk publik.
Bidik Pertumbuhan Kredit 20%
Bank Harda menargetkan pertumbuhan kredit tahun ini sebesar 20%. Hal itu seiring perekonomian RI yang kian membaik tahun ini.
Barlian menjelaskan, dalam rencana bisnis bank (RBB) tahun ini perseroan menetapkan pertumbuhan kredit sebesar 10%. Namun target tersebut sudah tercapai.
"Target itu sudah tercapai, jadi kami pikir bisa tumbuh 20% tahun ini," tuturnya.
Pada 2016, Bank Harda tercatat telah menyalurkan kredit sebesar Rp 1,4 miliar. Itu artinya tahun ini pihaknya menargetkan pertumbuhan kredit Rp 1,68 miliar.
Tahun lalu Bank Harda juga mampu meraup laba bersih sebesar Rp 7,1 miliar. Angka itu tumbuh 115,41% dibanding tahun sebelumnya.
"Laba kita memangf tidak besar, karena tahun sebelumnya kita rugi Rp 46 miliar. Kami yakin performance tahun ini lebih baik," imbuhnya.
Strategi perseroan untuk mempertahan kinerja yang positif dengan menggenjot penyaluran kredit. Selain itu Bank Harda juga berupaya untuk mempertahankan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) di level terendah.
"2016 kita berhasil menekan NPL menjadi 2,53%," pungkasnya. (ang/ang)