Ada 26.800 Investor Pasar Modal di Yogyakarta

Ada 26.800 Investor Pasar Modal di Yogyakarta

Usman Hadi - detikFinance
Sabtu, 03 Jun 2017 14:14 WIB
Ada 26.800 Investor Pasar Modal di Yogyakarta
Foto: Rengga Sancaya
Bantul - Jumlah investor pasar modal di Yogyakarta tiap tahun meningkat. Menilik catatan Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Yogyakarta, di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) awal tahun 2009 hanya ada sekitar 900-an investor pasar modal. Sekarang ini jumlahnya berkembang pesat, sampai Mei 2017 menembus 26.802 investor.

Menurut Kepala Kantor Perwakilan BEI Yogyakarta, Irfan Noor Riza, jumlah investor pasar modal di DIY mengalami kenaikan dibanding 2016. Sebab, sejak Desember 2016 di DIY baru ada 22.291 investor pasar modal.

"Jumlah investor pasar modal ada 26.802 orang, itu data kami di bulan kemarin (Mei)," ujar Irfan, Sabtu (3/6/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Irfan melanjutkan dari 26.802 investor pasar modal tersebut, 30% di antaranya adalah akademisi. Menurut Irfan hal itu karena usaha pihaknya membuka galeri investasi yang tersebar di 30 perguruan tinggi di DIY.

"Dari 26.802 investor pasar modal di DIY, 30% itu mahasiswa. Karena kami memiliki 30 galeri investasi di kampus-kampus," paparnya.

Melihat besarnya keterlibatan mahasiswa di bidang investasi pasar modal. Menurut Irfan ini menandakan kalau mahasiswa di Yogyakarta mulai well literate pasar modal. Sehingga diharapkan pasar modal bisa menjadi wahana investasi, dan wahana pendanaan di bidang usaha.

"Yogya termasuk angka pertumbuhannya (investasi pasar modal) cukup tinggi," katanya..

Meski angka investasi pasar modal di Yogyakarta naik, secara umum keterlibatan masyarakat di investasi pasar modal masih rendah. Hal ini diakui Irfan, bahkan menurut dia dari sekitar 251 juta penduduk Indonesia, baru 0,2% saja yang terjun langsung di pasar modal.

"Keterlibatan langsung masyarakat terhadap pertumbuhan pasar modal minim," akunya.

Untuk itu BEI Yogyakarta berusaha mendorong peran aktif masyarakat. Selain mendirikan galeri investasi di kampus-kampus, pihaknya juga berencana mendirikan galeri investasi di SMA maupun di desa-desa.

"Di DIY akhir tahun ini kami targetkan terbentuk galeri investasi di desa-desa. Paling tidak ada 3 desa, masing-masing di Bantul, Prambanan (Sleman), dan Gunungkidul," tuturnya.

Sementara galeri investasi di SMA, BEI Yogyakarta sampai akhir tahun 2017 menarget 5 SMA. Tujuannya agar keterlibatan kalangan pelajar di kota pendidikan ini terus meningkat.

"Galeri investasi di desa itu sebenarnya rohnya dari kampus, karena kampus punya program KKN di desa. Akhirnya ada desa yang tertarik mendirikan galeri investasi," jelasnya.

4.800 Orang Ikuti Seleksi CMP-DP di 26 Kota Seluruh Indonesia

Sebanyak 4.800 orang mengikuti seleksi awal Capital Market Professional-Development Program (CMP-DP). Seleksi ini diselenggarakan BEI, bersama PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), dilakukan serentak di 26 kota seluruh Indonesia.

Di Yogyakarta seleksi tersebut diikuti 202 peserta, diselenggarakan di Amphitheater Gedung Pascasarjana Lantai 4 Kampus Terpadu UMY, Jalan Lingkar Selatan Bantul.

"Tahun lalu di Yogyakarta pesertanya 135, sekarang naik menjadi 202," ujar Irfan.

Ribuan peserta tersebut nantinya memperebutkan 30 lowongan CMP-DP. Untuk peserta terbaik akan mengikuti 12 bulan program pengembangan dan 6 bulan on the job training. Setiap lulusan CMP-DP akan ditempatkan di Self Regulatory Organization (SRO) dan afiliasinya.

"Seluruh Indonesia dipilih 30 orang, agak ketat memang seleksinya," ungkapnya.

Irfan melanjutkan, ke 26 kota yang menyelenggarakan CMP-DP yakni, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Banda Aceh, Medan, Padang, Pangkalpinang, Batam, Riau, Bengkulu, Lampung, Palembang, Jambi, Pontianak, Palangkaraya, Banjarmasin, Denpasar, Balikpapan, Makassar, Manado, Ambon, Kendari, Manokwari, dan Jayapura.

"Jumlah yang mendaftar tahun ini lebih banyak dibanding tahun lalu. Tahun lalu hanya sekitar 4.200 peserta, tahun ini naik menjadi 4.800 peserta," ulasnya.

Dari ribuan peserta ini diharapkan terjaring Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas, tentunya profesional di bidang pasar modal.

"Tujuan seleksi ini mencetak profesional-profesional di pasar modal," tambahnya.

Persoalan ketersediaan SDM berkualitas memang menjadi persoalan pelik di bidang pasar modal. Menilik survei nasional literasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2006, hanya 29,66% penduduk Indonesia melek pengetahuan keuangan. Sementara tingkat literasi masyarakat Indonesia terhadap tingkat utilitas produk pasar modal baru sekitar 4,4%.

Keterbatasan jumlah SDM yang memeliki pemahaman dan pengetahuan di bidang pasar modal, ditengarai menjadi penyebab rendahnya perkembangan pasar modal di Indonesia.

"Sekarang SDM yang terbaik sedang kami cari, dengan seleksinya secara nasional. Mereka nanti kami tempatkan di institusi pasar modal seluruh Indonesia," tutupnya. (ang/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads