Dari data keterbukaan informasi dari situs Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (23/6/2017), bendera Sevel hadir di Indonesia sejak 2009. Kala itu MSI membuka gerai pertama Sevel di Bulungan, Jakarta dengan konsep 'Food Store Destination'.
Sejak saat itu pembukaan gerai Sevel di Jakarta difokuskan untuk penyediaan makanan dan minuman segar. Sekitar 50% area gerai digunakan untuk penyediaan berbagai makanan dan minuman segar, sisanya untuk meja dan kursi sebagai tempat kongkow para pengunjungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peraturan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 06/M-DAG/PER/1/2015 tentang Pengendalian dan Pengawasan terhadap Pengadaan, Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol. Padahal saat itu bir dan camilan menjadi salah satu produk yang cukup diminati pengunjung Sevel.
Alhasil perusahaan memutuskan untuk menutup 25 gerai. Lalu pada awal 2017 MSI juga kembali menutup 30 gerai Sevel, alasannya karena gerai yang ditutup tidak dapat mencapai target yang dicanangkan perusahaan.
Penutupan gerai tersebut juga dilakukan guna mengurangi kerugian akibat beban biaya operasional seperti pajak, listrik dan sewa tempat. Atas dasar itu, MSI melakukan evaluasi ulang atas gerai-gerai yang tidak produktif.
Jika melihat laporan keuangan memang sepertinya sangat berat bagi MSI membesarkan Sevel. Pada akhir 2015 nilai aset MSI meningkat 6,6% dari 2014 sebesar 1,49 triliun menjadi Rp 1,59 trliun. Namun pada 2016 jumlah aset MSI merosot 27,17 menjadi Rp 1,16 triliun.
Jumlah liabilitas juga kian membengkak setiap tahunnya. Pada 2014 total liabilita MSI mencapai Rp 750,96 miliar, lalu meningkat menjadi Rp 924,16 miliar di 2015 dan kembali naik jadi Rp 995,88 miliar di 2016. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh kenaikan piutang usaha perseroan.
Penjualan MSI juga seiring menurun. Pada 2014 MSI berhasil mengantongi penjualan sebesar Rp 971,8 miliar. Perseroan pun masih bisa mengantongi laba operasi sebesar Rp 83,8 miliar dan laba tahun berjalan sebesar Rp 5,18 miliar.
Namun pada 2015 penjualan MSI mulai menurun ke level Rp 886,15 miliar. Kala itu perseroan mengalami kerugian operasional Rp 49,58 miliar dan rugi tahun berjalan sebesar Rp 127,7 miliar.
Kinerja MSI semakin terpuruk pada 2016, tercatat penjualan semakin turun menjadi Rp 675,27 miliar. Rugi operasional juga semakin besar menjadi Rp 695,78 miliar dan rugi tahun berjalan meningkat ke level Rp 554,87 miliar.
Karena langkah MSI yang semakin terseok-seok akhirnya sang induk usaha PT Modern Internasional Tbk (MDRN) memutuskan untuk menjual master franchise Sevel Indonesia kepada PT Charoen Pokphand Restu Indonesia (CPRI) yang merupakan anak usaha dari PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN).
Dengan nilai transaksi mencapai Rp 1 triliun, CPRI akan mengakuisisi lisensi Sevel di Indonesia beserta seluruh asetnya. Namun sebelum kesepakatan penyelesaian transaksi pada 30 Juni 2017, perseroan mengumumkan pembatalan akuisisi lantaran tidak tercapainya kesepakatan antar pihak-pihak yang terkait.
Lantaran batalnya akuisisi tersebut, kini MDRN mengumumkan akan menutup seluruh gerai Sevel. Terhitung per tanggal 30 Juni 2017 seluruh gerai Sevel di bawah manajemen MSI akan berhenti beroperasi. (dna/dna)