Direktur Keuangan Modern Internasional menjelaskan, keputusan manajemen untuk menutup seluruh Sevel Indonesia yang telah dibangun sejak 2009 disebabkan oleh banyak faktor baik faktor internal maupun eksternal.
"Untuk saat ini penghentian operasional bisnis Sevel merupakan pilihan terbaik bagi Perseroan karena bisnis Sevel mengalami kerugian yang signifikan dan terus menerus menggerus modal kerja Perseroan," tuturnya dalam acara Public Exposes Isidentil di Kantor Pusat Sevel, Jakarta, Jumat (14/7/2017)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ekspansi gerai Sevel dilakukan terlalu cepat di awal, di mana sebagian besar kebutuhan ekspansi tersebut dibiayai oleh pinjaman, kewajiban pembayaran bunga dan pokok pinjaman yang signifikan menggangu modal kerja yang dapat digunakan untuk operasi bisnis Sevel," tukasnya.
Menurut laporan keuangan konsolidasian MDRN kuartal I-2017 (tidak diaudit), perusahaan ini masih mengalami kerugian sebesar Rp 447,9 miliar. Angka tersebut berbanding terbalik dengan kondisi perseroan di kuartal I 2016 yang masih mampu membukukan laba sebesar Rp 21,3 miliar.
Adapun total liabilitas MDRN di kuartal I 2017 mencapai Rp 1,38 triliun sedangkan total asetnya mencapai Rp 1,57 triliun. Jika dibagi rasio solvabilitas MDRN adalah 0,88 kali.
Jika rasio solvabilitasnya di bawah 1 kali artinya perseroan masih mampu membayar seluruh kewajibannya. Semakin kecil rasio solvabilitas, kondisi perusahaan semakin sehat. Namun, rasio solvabilitas MDRN sudah cukup mengkhawatirkan, karena sudah mendekati 1 kali. (ang/ang)











































