Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio menjelaskan, gangguan terjadi pada mesin perdagangan saham yang disebabkan oleh menumpuknya transaksi dalam waktu yang berdekatan. Sementara saat ini batas sekali transaksi investor per sekali transaksi maksimal 50 ribu lot atau 5 juta lembar saham.
"Seperti misalnya naik truk, itu cuma bisa memuat 50 orang, tiba-tiba yang naik 5.000 orang, truknya macet enggak? Jadi kita ini membatasi sekali order itu 50 ribu lot karena average itu di bawah 40 ribu. Supaya orang tidak salah pencet. Jadi kalau mau 200 lot ya sudah 50 ribu pencet empat kali," tuturnya di Gedung BEI, Jakarta, Senin (24/7/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara saat hari itu merupakan hari terakhir batas perdagangan rights issue PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Dalam rangka konversi utang, BUMI menerbitkan Obligasi Wajib Konversi (OWK).
Setiap pemilik 1.000 saham akan memperoleh 284.494 HMETD seri B. Setiap 1 HMETD seri B berhak membeli 1 unit OWK dengan harga pelaksanaan Rp 1 dengan denominasi Rp 1 per unit OWK. Seluruhnya berjumlah Rp 8,46 triliun.
"Siapa yang sangka triliun barang dijual per sahamnya seperak. Tidak pernah kejadian," imbuhnya.
Untuk itu, BEI berencana meningkatkan batas maksimal transaksi dari yang saat ini sebanyak 50 ribu lot. Namun Tito enggan menyebutkan berapa nantinya maksimal transaksi yang akan diterapkan.
"Saya tidak akan bilang sampai berapa karena informasi kaya gini tidak bisa disampaikan keluar. Karena kalau hacker tahu enggak boleh. Seperak ini semoga kejadian lagi dan kebetulan kemarin itu masa akhir perdagangan," tukasnya. (ang/ang)