Sahamnya Meroket 189%, Bos Mina Padi: Mungkin Karena Kinerja Kami

Sahamnya Meroket 189%, Bos Mina Padi: Mungkin Karena Kinerja Kami

Danang Sugianto - detikFinance
Rabu, 02 Agu 2017 12:35 WIB
Foto: Danang Sugianto
Jakarta - Pergerakan saham PT Mina Padi Investama Sekuritas Tbk (PADI) beberapa hari terakhir ini cukup mengejutkan. Hal itu membuat PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menjatuhkan suspensi terhadap saham PADI kemarin.

Saham PADI pada perdagangan 20 Juli 2017 tercatat turun 2,86% ke level Rp 340. Namun keesokan harinya saham PADI terus melejit. Hingga kemarin saham PADI bertengger di level Rp 985. Itu artinya saham ini sudah meningkat 189,7% dari perdagangan 20 Juli yang lalu.

Padahal perseroan tidak melakukan aksi korporasi apapun. Hanya saja ada isu yang berhembus bahwa Mina Padi Investama Sekuritas akan mengakuisisi Bank Muamalat. Hal itu membuat BEI memaksa manajemen PADI melakukan paparan publik insidentil.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Direktur Utama Mina Padi Investama Sekuritas, Djoko Joelijanto, membantah akan hal itu. Dia tidak tahu mengapa saham perusahaan bisa menguat. Namun dia perkirakan penguatan saham lantaran kinerja perseroan yang membaik.

"Harga saham naik kemungkinan market merespons kinerja kita yang signifikan. Kita Juni tahun lalu mengalami kerugian, Juni ini melampaui ekspektasi kita secara full year," tuturnya dalam acara paparan publik insidentil di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (2/8/2017).

Pada semester I-2017, perseroan memang berhasil mengantongi laba bersih sebesar Rp 32,17 miliar. Perolehan itu jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yang mana perseroan mengalami kerugian bersih hingga Rp 396 juta.

"Angka ini sudah melampaui target kita tahun ini. Kita targetkan laba Rp 9 miliar. Tapi belum berani revisi target kita, karena lihat market juga. Kan pendapatan kita dari portofolio," tukasnya.

Djoko mengatakan, perolehan laba perseroan berasal dari hasil portofolio investasi di instrumen saham, reksa dana dan obligasi. Nilai portofolionya hingga saat ini sekitar hampir Rp 300 miliar.

"Jadi kita tidak ada investasi langsung. Semua Rp 300 miliar kita kelola di saham, reksa dana dan obligasi," imbuhnya.

Dari ketiga instrumen tersebut, menurutnya sekitar 50% portofolio ditempatkan di reksa dana. Adapun kategori produknya reksa dana pendapatan tetap dan saham. (wdl/wdl)

Hide Ads