Setelah Alihkan Saham BUMN Tambang, Ini Rencana Menteri Rini

Setelah Alihkan Saham BUMN Tambang, Ini Rencana Menteri Rini

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Selasa, 28 Nov 2017 20:18 WIB
Rini Soemarno (Foto: Ari Saputra)
Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno telah menandatangani akta inbreng holding BUMN tambang. Dengan ditandatanganinya akta tersebut, maka saham pemerintah di tiga BUMN tambang, yakni PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA), PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (Antam), dan PT Timah (Persero) Tbk dialihkan ke PT Indonesia Asahan Alumunium (Persero) (Inalum), selaku holding alias induk BUMN sektor pertambangan.

Rini bilang, setelah ditandatanganinya akta inbreng holding BUMN Tambang tersebut, maka selanjutnya akan meminta persetujuan dari pemegang saham minoritas untuk pembentukan holding BUMN tambang secara resmi.


Setelah nanti terbentuk, holding tambang ini nantinya akan digunakan untuk mendorong hilirisasi di bidang pertambangan agar bisa memberikan banyak nilai tambah kepada masyarakat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi, mengembangkan produk-produk akhir dari hasil tambang, seperti, aluminium. Jadi lebih kepada produk-produk akhir. Itu yang kita dorong," katanya saat ditemui di Stasiun Sudirman Baru, Jakarta, Selasa (28/11/2017).

Selain itu, holding BUMN Tambang juga akan fokus terhadap pembelian saham Freeport Indonesia yang harus divestasi hingga 51% ke pemerintah. Saat ini negosiasi mengenai valuasi harga pembelian saham kata dia masih terus berlangsung.

"Terus terang, selain itu final negosiasi mengenai (divestasi) Freeport. InsyaAllah nanti bisa terselesaikan," ujarnya.


Rini sendiri menolak jika ada anggapan pembentukan holding BUMN agar bisa menambah utang untuk pembelian saham Freeport.

"Buat apa kita utang. Enggak usah holding, juga sudah ada utang. Enggak ada perbedaan, kalau kita ada tujuannya berutang, tidak pakai holding pun bisa. Utamanya itu tujuannya itu kita melakukan efisiensi. Kalau kita bicara mengenai tambang, kebutuhan mengenai alat berat, jadi investasi alat berat satu saja. Tinggal grouping saja pindah-pindah," ungkapnya.

"Kemudian kita mendorong hilirisasi. Karena hilirisasi itu nilai tambahnya sangat besar. Bagaimana kita bisa memproses timah jadi piuter menjadi produk akhir. Ini yang kita dorong. Untuk mencapai produk ini kita memerlukan balanced yang kuat. Dengan holding ini balance-nya menjadi kuat," tukasnya. (eds/dna)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads