Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara menyebut, pelemahan nilai tukar tak hanya dialami oleh rupiah Indonesia saja. Pelemahan juga dialami mata uang berbagai negara di dunia.
Menurut data yang dimilikinya, pelemahan yang dialami Indonesia sebenarnya lebih rendah ketimbang pelemahan yang dialami negara lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Dolar AS Tembus Rp 13.800 |
Pelemahan nilai tukar mayoritas mata uang dunia terhadap dolar AS, kata Mirza, terutama disebabkan oleh data-data ekonomi Amerika yang mengarah adanya kenaikan suku bunga bank central AS, The Fed atau yang biasa disebut Fed Fund Rate sebanyak 3 kali tahun ini.
"Januari itu capital inflow (aliran dana) masuk banyak ya ke berbagai market. Tapi kalau kita lihat dari Februari, memang ada fluktuasi lah. Terutama disebabkan oleh data data Amerika yang menunjukkan bahwa data-data Amerika itu mengkonfirmasi bahwa kemungkinan untuk Fed menaikkan bunga di bulan Maret, kemudian di Juni lagi. Jadi yang diperkirakan naiknya mungkin dua kali jadi naiknya tiga kali," paparnya.
Kenaikan Fed Fund Rate berpotensi mendorong pelaku pasar AS menarik dana yang selama ini mereka tanamkan di berbagai negara salah satunya Indonesia. Bila pelaku pasar AS menarik dananya, maka persediaan dolar di satu negara akan mengalami penurunan dan membuat nilai dolar perkasa terhadap mata uang lokal negara yang bersangkutan.
Artinya, nilai tukar mata uang lokal bakal melemah akibat fenomena penarikan dana yang dilakukan pelaku pasar AS. (dna/dna)