Direktur Keuangan KRAS digantikan oleh Tardi dari sebelumnya Tambok P Setyawati S. Tardi sebelumnya merupakan Direktur Retail Banking di Bank Mandiri.
Selain itu, Direktur SDM perseroan juga diganti menjadi Rahmad Hidayat yang menggantikan Imam Purwanto. Sedangkan jajaran direksi lainnya tidak mengalami perubahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut susunan terbaru direksi KRAS
Direktur Utama: Mas Wigrantoro Roes Setiyadi
Direktur Keuangan: Tardi
Direktur SDM: Radmad Hidayat
Direktur Logistik dan Pengembangan Usaha: Ogi Rulino
Direktur Produksi dan Teknologi: Wisnu Kuncoro
Direktur Pemasaran: Purwono Widodo
Susunan Komisaris
Komisaris Utama: I Gusti Putu Suryawirawan
Komisaris: Ridwan Djamaluddin
Komisaris: Nanang Pamuji Mugasejati
Komisaris: Dadang Kurnia
Komisaris Independen: Roy E Maningkas
Komisaris Independen: Nana Rohana
Jajaran direksi KRAS sebelumnya
Direktur Utama: Mas Wigrantoro Roes Setiyadi
Direktur Keuangan: Tambok P Setyawati S
Direktur SDM dan Pengembangan Usaha: Imam Purwanto
Direktur Logistik: Ogi Rulino
Direktur Produksi dan Teknologi: Wisnu Kuncoro
Direktur Pemasaran: Purwono Widodo
Susunan Komisaris
Komisaris Utama: Binsar H Simanjutak
Komisaris: Ridwan Djamaluddin
Komisaris: I Gusti Putu Suryawirawan
Komisaris: Nanang Pamuji Mugasejati
Komisaris Independen: Roy E Maningkas
Komisaris Independen: Nana Rohana
Masih Rugi Rp 555 Miliar di Luar Anak Usaha
Para pemegang saham KRAS juga menyetujui laporan keuangan perseroan tahun buku 2017 dalam RUPST. Dalam laporan tersebut, kerugian perseroan sebelum pajak di luar asosiasi alias anak usaha tercatat US$ 41,12 juta atau sekitar Rp 555 miliar (kurs Rp 13.500), turun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar US$ 134,5 juta.
"Parameter kinerja ini menjadi sebuah nilai positif bagi Krakatau Steel dan kami yakin perseroan akan semakin baik lagi 2018," kata Direktur Utama Perseroan Mas Wigrantoro Roes Setiyadi usai RUPST di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (18/4/2018).
Lebih lanjut, perseroan mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 7,76% menjadi US$ 1,449 miliar. Kenaikan pendapatan ini ditopang oleh kenaikan harga rata-rata produk baja. Harga jual rata-rata produk baja hot rolled coil meningkat 32,68% menjadi US$ 597 per ton di 2017 dari tahun sebelumnya US$ 450 per ton.
Kemudian EBITDA perseroan naik 50,30% menjadi US$ 155,18 juta dari tahun lalu US$ 103,24 juta.
Wigrantoro mengatakan untuk menopang pendapatan, perseroan melakukan sejumlah efisiensi, di antaranya menghilangkan risiko dari harga bahan baku impor dengan tidak lagi terpaku pada satu pemasok. Lalu, mengubah skema bahan baku sesuai kebutuhan dan kondisi pasar.
"Pada tahun 2017 saja, efisiensi yang berhasil didapat dari logistik, seperti pengadaan gas, bahan baku dan lainnya mencapai US$ 10 juta," ujar dia. (ara/ara)











































