Perseroan sendiri sukses membukukan penurunan rugi tahun berjalan 2017 yakni sebesar Rp 1,15 triliun atau 54,90% lebih rendah dibandingkan rugi tahun 2016 sebesar Rp 2,55 triliun. Perbaikan kinerja itu dilihat dari perolehan laba usaha perseroan tahun 2017 setara Rp 443,36 miliar, atau tumbuh 154,79% dari nilai tahun 2016 sebesar Rp 286,30 miliar.
Direktur Utama PT Krakatau Steel, Mas Wigrantoro Roes Setiyadi menuturkan, membaiknya kinerja perseroan dipicu oleh naiknya harga jual rata-rata produk baja. Krakatau Steel diklaim mampu meningkatkan pendapatan usaha menjadi setara Rp 19,39 triliun dari Rp 17,89 triliun pada 2016. Pertumbuhannya, kata dia, juga terjadi pada total aset perseroan, pada 2017 total aset perusahaan meningkat menjadi Rp 55,74 triliun atau naik 5,39% dari total aset tahun 2016 sebesar Rp 52,89 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: 45% Kebutuhan Baja Dalam Negeri Masih Impor |
Lanjut dia, KS telah menetapkan sejumlah langkah strategis untuk menghadapi kinerja tahun 2018. Antara lain dengan meningkatkan efisiensi biaya operasi, meningkatkan volume penjualan melalui perjanjian pasokan jangka panjang atau long term supply/agreement (LTSA) dengan pelanggan-pelanggan potensial serta sinergi dengan BUMN. Perseroan juga akan menjaga keandalan fasilitas produksi, melakukan penyelesaian proyek-proyek strategis tepat waktu, menjaga likuiditas perusahaan untuk ketersediaan modal kerja dan menurunkan beban keuangan perseroan.
Di sisi lain, manajemen KRAS juga terus mengupayakan dukungan Pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang melindungi produk baja domestik dari membanjirnya produk impor dan praktik unfair trade.
"Sampai saat ini, pemerintah juga telah menetapkan berbagai kebijakan yang mendukung industri baja nasional. Antara lain penetapan bea masuk, penerapan ketentuan bea masuk anti dumping countervailing duties, safeguard di area free trade zone (Batam), penerapan standardisasi produk baja, peningkatan sinergi BUMN dan penerapan tingkat kandungan dalam negeri," tuturnya.