"Beberapa data makronya tumbuh lebih cepat dari yang kita perkirakan. Kedua, di euro juga ada pelemahan sehingga perkuat dolar AS. Jadi gambaran ini tunjukkan bahwa kondisi globalnya menarik pelemahan di mata uang regional termasuk Indonesia," kata Dody di Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (21/5/2018).
Dody menyebut otoritas moneter nasional ini tetap berada di pasar menjaga stabilitas rupiah dengan tidak melawan arah pergerakan pasar keuangan nasional. Oleh karena itu, nilai dolar AS yang Rp 14.200 dikehendaki pasar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengenai sampai kapan penguatan dolar AS terjadi, Bank Indonesia tidak mengetahuinya. Yang jelas, kata Dody, penyesuaian suku bunga acuan 7 Days Repo Rate menjadi obat depresiasi rupiah.
"Itu jadi pertimbangan kami naikkan 25 bps. Apakah kurang?tentunya data dependence, kita terus assess gimana pergerakan pasar, gimana dampak eksternal, dan kalau itu sebabkan instabilitas terus berlanjut, kita bisa lakukan upaya langkah yang lebih kuat, kita tidak ada yang tau (sampai kapan)," tambah dia.
Meski demikian, kata Dody, ketertarikan investor terhadap surat utang negara (SUN) tetap tinggi. Sebab, spread atau rentang imbal hasil antara obiligasi pemerintah masih berada di level 4,2-4,3%.
"Harusnya itu positif buat investor asing dengan nggak adanya risiko di domestik, spread-nya sekarang cukup lebar. Depresiasi sekitar per day-nya di bawah 0,2-0,3% masih ketutup return mereka, growthnya juga masih terjaga," tutup dia.
Dolar tembus Rp 14.000, apa kata Amien Rais? Tonton videonya:
(hns/hns)











































