Mulai melemahnya dolar AS ini dikarenakan faktor eksternal salah satunya ada komitmen penambahan jumlah produksi minyak di Arab Saudi dan Rusia. Lalu sampai kapan tren pelemahan nilai dolar AS ini?
Chief Economist Samuel Sekuritas Indonesia Lana Soelistianingsih mengatakan tren pelemahan dolar AS bakal berlangsung sampai pertengahan Juni.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Jokowi: Dolar AS Sudah di Bawah Rp 14.000 |
Lana bilang, faktor dalam negeri yang membuat dolar AS melemah salah satunya adalah kenaikan suku bunga BI 7 Days Repo Rate sebesar 25 bps menjadi 4,5%.
Oleh karena itu, nilai dolar AS yang sekarang berada di kisaran Rp 13.900 ini bakal ditentukan bisa terus menurun, bertahan, atau malah kembali menguat pada pertengahan Juni atau pada saat Opec meeting.
"Opec itu akan bertemu dengan anggotanya, apakah anggota opec ini setuju oleh usulan Arab Saudi untuk menambah produksi, kan tadinya produksi di-cut, karena harga minyak waktu itu masih murah US$ 45 per barel, akhirnya mereka sepakat cut produksi, sampai akhirnya stok minyak negara maju turun drastis sampai di bawah rata-rata, Arab usulkan kenaikan produksi, rusia setuju, anggota lain belum setuju, bertemunya pertengahan Juni, itu yang akan menjadi penentu apakah minyak mentah kembali naik atau bertahan, atau malah turun, itu akan menentukan pergerakan US$," jelas Lana.
Guna menjaga rupiah, Lana berharap Bank Indonesia bisa melakukan intervensi ganda selama satu minggu di akhir bulan Mei. Dia berharap, otoritas moneter bisa menggiring dolar ke level Rp 13.500.
"ya balik ke asumsi, jadi kalau ada potensi pelemahan lagi itu ruangnya masih lebar, jadi mestinya kalau tekanan lagi melemah gini dibawa turun sukur-sukur ke 13.500 karena enggak akan banyak perlawanan, kalau rupiah melemah terus diintervensi itu seperti garemin air laut, sia-sia kan diserap terus sama pasar," tutup dia. (dna/dna)